2009 TS PP MUHAMAD HUSNU 1-COVER.pdf
2009 TS PP MUHAMAD HUSNU 1-BAB 1.pdf
2009 TS PP MUHAMAD HUSNU 1-BAB 2.pdf
2009 TS PP MUHAMAD HUSNU 1-BAB 3.pdf
2009 TS PP MUHAMAD HUSNU 1-BAB 4.pdf
2009 TS PP MUHAMAD HUSNU 1-BAB 5A.pdf
2009 TS PP MUHAMAD HUSNU 1-BAB 5B.pdf
2009 TS PP MUHAMAD HUSNU 1-BAB 6.pdf
2009 TS PP MUHAMAD HUSNU 1-PUSTAKA.pdf
Tingkat aksesibilitas antara Bandung dan Jakarta yang semakin baik setelah beroperasinya tol Cipularang pada tahun 2005 mengakibatkan meningkatnya volume dan intensitas pergerakan antara kedua kota diikuti pula dengan meningkatnya kebutuhan akan moda transportasi baik menyangkut kualitas maupun kuantitas. Para pelaku usaha memanfaatkan peluang ini dengan menyediakan sarana angkutan yang memiliki tingkat fleksibilitas, efesiensi dan aksesibilitas yang realtif lebih baik dibandingkan angkutan yang ada seperti bis akap, kereta api dan kendaraan pribadi. Kajian dalam penelitian ini menitikberatkan pada karakteristik pergerakan pengguna travel jurusan Bandung-Jakarta. Identifikasi dilakukan dalam tiga tahap: pertama, identifikasi terhadap karakteristik sosial ekonomi pengguna travel. Hasilnya menunjukkan bahwa 52% pengguna travel adalah kelompok pekerja tetap dengan penghasilan terbanyak diatas 1,5 juta (73%) dan sebagian besar (61%) merupakan pemilik mobil pribadi dengan tingkat pendidikan terbanyak yaitu Diploma/S1 yang mencapai 65%. Kedua, identifikasi terhadap karakteristik pergerakan pengguna, hasilnya menunjukkan bahwa pengguna terbanyak dari shuttle travel di kota Bandung berasal dari Kecamatan Coblong dengan tujuan terbanyak ke kawasan Kelapa Gading dan Tomang dengan maksud terbanyak untuk bekerja. Adapun moda yang dipergunakan dari rumah menuju shuttle keberangkatan paling banyak adalah mobil pribadi dengan jarak tempuh rata-rata 8,19 km dengan waktu tempuh rata-rata 27,48 menit, sedangkan moda yang dipergunakan dari shuttle tujuan ke tujuan akhir perjalanan paling banyak adalah taksi dengan jarak tempuh rata-rata 6,16 km dengan waktu tempuh rata-rata 22,6 menit. Ketiga, Hubungan karaktersitik sosial ekonomi pengguna travel dengan karaktersitik pergerakan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kedekatan lokasi shuttle travel dengan pemilihan shuttle keberangkatan, sedangkan antara pemilihan moda keberangkatan dari rumah menuju shuttle keberangkatan mempunyai keterkaitan dengan kepemilikan mobil dan tingkat penghasilan pengguna. Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan jumlah pengguna travel tiap tahun sebesar 18,2% dan terdapat 8% pengguna baru travel tiap 5 (lima) hari. Sementara itu alasan pemilihan shuttle keberangkatan di Bandung lebih banyak dipengaruhi oleh kedekatan lokasi tujuan di Jakarta, sedangkan ketidak tersediaan tempat wisata dan tempat belanja yang sejenis di Bandung menjadi alasan utama pengguna travel berwisata dan berbelanja di Jakarta. Adapun lokasi tujuan terbanyak pengguna travel untuk bekerja adalah kawasan Kelapa Gading dan Tomang, sedangkan untuk berwisata paling banyak ke Ancol dan Bandara Soekarno Hatta, kemudian untuk tujuan kuliah adalah kawasan Lenteng Agung, Lebak bulus, Grogol dan Bandara Soekarno Hatta, sementara itu Mangga Dua dan Semanggi merupakan lokasi tujuan Belanja dan untuk tujuan acara keluarga pengguna travel paling banyak melakukan perjalanan ke Bandara Soekarno Hatta.