digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2009 TA PP M. FARUK ROSYA RIDHO 1-COVER.pdf


2009 TA PP M. FARUK ROSYA RIDHO 1-BAB 1.pdf

2009 TA PP M. FARUK ROSYA RIDHO 1-BAB 2.pdf

2009 TA PP M. FARUK ROSYA RIDHO 1-BAB 3.pdf

2009 TA PP M. FARUK ROSYA RIDHO 1-BAB 4.pdf

2009 TA PP M. FARUK ROSYA RIDHO 1-BAB 5.pdf

2009 TA PP M. FARUK ROSYA RIDHO 1-BAB 6.pdf

2009 TA PP M. FARUK ROSYA RIDHO 1-PUSTAKA.pdf

Berdasarkan RPJM Kota Palembang Tahun 2004-2008, persoalan ketenagakerjaan merupakan bagian dari rencana pembangunan. Upaya mengatasi tingginya tingkat pengangguran merupakan salah satu sasaran pembangunan yang tertuang dalam RPJM Kota Palembang Tahun 2004-2008. Dalam implementasinya, berbagai kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi tingkat pengangguran tidak cukup berhasil. Jika fenomena tingkat pengangguran ini tidak diatasi maka akan timbul permasalahan ekonomi sosial. Dalam konteks wilayah dan kota, munculnya pengangguran pada prinsipnya berakar pada dua faktor ekonomi-sosial yang fundamental, yaitu rendahnya tingkat permintaan kebutuhan tenaga kerja akibat interaksi supply-demand ekonomi dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi upaya mengatasi masalah pengangguran untuk mendukung pembangunan di Kota Palembang. Metodologi yang digunakan adalah system dynamics. Sebagai sebuah sistem yang menyeluruh, maka tidak hanya hubungan antara supply-demand ekonomi yang diidentifikasi tetapi juga hubungannya dengan kependudukan, dan kecukupan lahan. Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa tidak hanya komponen permintaan akhir sebagai determinan tingkat pengangguran melainkan juga tingkat teknologi proses produksi dan tingkat migrasi masuk.Tingkat pengangguran diperkirakan akan semakin meningkat apabila perkembangan ekonomi sosial mengikuti kecenderungan yang sedang terjadi. Untuk menghindari permasalahan tersebut, diperlukan suatu kebijakan yang mampu mengubah kecenderungan perkembangan tersebut agar masalah pengangguran dapat dikurangi seperti yang diharapkan. Berdasarkan temuan studi, kebijakan yang paling efektif dan efisien adalah kebijakan komprehensif, yaitu dengan menerapkan kebijakan pada berbagai variabel determinan secara bersamaan. Sehingga kebijakan terbaik adalah dengan menggabungkan secara bersamaan kebijakan perubahan permintaan akhir dengan kebijakan perubahan teknologi proses produksi dan pembatasan migrasi masuk.