digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2008 TA PP HARKAMIL FITRI 1-COVER.pdf


2008 TA PP HARKAMIL FITRI 1-BAB1.pdf

2008 TA PP HARKAMIL FITRI 1-BAB2.pdf

2008 TA PP HARKAMIL FITRI 1-BAB3.pdf

2008 TA PP HARKAMIL FITRI 1-BAB4.pdf

2008 TA PP HARKAMIL FITRI 1-BAB5.pdf

2008 TA PP HARKAMIL FITRI 1-PUSTAKA.pdf

Minyak jarak kaliki merupakan sumber energi non-pangan yang saat ini potensial di Indonesia. Minyak jarak kaliki dapat dihidrolisis, esterifikasi, saponifikasi, pirolisis untuk menjadi produk turunan lainnya. Salah satu proses pengolahan lain minyak jarak yang menarik adalah kaustik fusi yang menghasilkan asam sebasat, oktanol-2, dan hidrogen. Asam sebasat tercatat berguna sebagai plastisizer, bahan baku nilon 6/10, pelumas, maupun fluida hidrolik. Sementara itu, oktanol-2 merupakan bahan parfum. Hidrogen sebagai produk samping lain memiliki manfaat lain terutama pada sektor energi. Kaustik fusi tiada lain adalah pirolisis pada temperatur tinggi dengan kehadiran NaOH. Penelitian ini bertujuan untuk mencari temperatur optimum reaksi kaustik fusi dan kofigurasi peralatan yang memudahkan terjadinya reaksi. Untuk mencapai tujuan ini, dilakukan percobaan reaksi fusi kaustik minyak jarak pada tangki berpengaduk yang dikombinasikan dengan kondensor pada temperatur yang divariasikan antara 200-375 derajat C selama 4 jam pada perbandingan NaOH: minyak jarak sebesar 50: 50. Beberapa modifikasi peralatan dilakukan jika perlu terutama untuk memudahkan proses reaksi dan perolehan produk. Metode pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah gas kromatografi, bilangan asam, titik leleh, titik didih, metode bisulfit, dan uji flamabilitas. Hasil percobaan menunjukkan bahwa optimum perolehan asam sebasat berlangsung pada temperatur 270-305 derajat C dengan perolehan ±22%. Asam sebasat yang diperoleh memiliki angka asam 560-570 (referensi 559) dengan titik leleh 130-132 derajat C (referensi 132 derajat C). Persentase perolehan ini sangat kecil dibanding dengan persentase perengkahan asam risinoleat yang ditunjukkan dengan perolehan octanol-2/oktanon-2 yang mencapai 90% sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa asam sebasat mengalami dekomposisi akibat pemanasan yang terlalu lama. Sementara itu, pengujian kemurnian oktanol-2 baik dilakukan menggunakan GC. Metode lain seperti bisulfit dan titik didih kurang dapat merepresentasikan kandungan oktanol-2 mengingat produk pengotor yang tidak hanya aldehid dan keton saja. Konfigurasi peralatan mengalami sedikit modifikasi yakni penghilangan pendidih air, modifikasi kemiringan kondensor dan penggunaan air kondensat sebagai refluks.