digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

1999 TS PP FRIKSON CHRISTIAN SINAMBELA 1-COVER.pdf


1999 TS PP FRIKSON CHRISTIAN SINAMBELA 1-BAB 1.pdf

1999 TS PP FRIKSON CHRISTIAN SINAMBELA 1-BAB 2.pdf

1999 TS PP FRIKSON CHRISTIAN SINAMBELA 1-BAB 3.pdf

1999 TS PP FRIKSON CHRISTIAN SINAMBELA 1-BAB 4.pdf

1999 TS PP FRIKSON CHRISTIAN SINAMBELA 1-BAB 5.pdf

1999 TS PP FRIKSON CHRISTIAN SINAMBELA 1-PUSTAKA.pdf

Anggapan bahwa hasil penilaian kinerja merepresentasi kesuksesan karier seorang karyawan secara eksternal ditolak Schein (1985), yang mencoba memadukan aspirasi dan kepentingan karyawan sebagai individu dengan aspirasi dan kepentingan pihak manajemen perusahaan sebagai bentuk pengembangan karier yang baik. Peneliti mencoba menguji teori tersebut pada aras perusahaan dengan 2 kriteria pendekatan: karier internal dan karier eksternal. Pendekatan karir internal ini memandang kesuksesan karir pada diri seseorang berkait dengan bagaimana ia memandang orientasi karir pribadinya dan juga bagaimana ia memandang hambatan pribadi dalam berkarir. Oleh karena itu, kesuksesan karir internal yang diteliti disini akan dilihat juga keterkaitannya dengan dua variabel yang secara konseptual berpengaruh tersebut yaitu orientasi (jangkar) karir dan hambatan karir. Sampel (N=50) adalah para agen di sebuah perusahaan asuransi jiwa. Analisis data dengan program SPSS versi 7.5 menghasilkan temuan berikut: 1. orientasi karier yang dominan pada diri agen adalah orientasi karier layanan (50% responden), 2. ada korelasi positif antara orientasi karier layanan dengan kesuksesan karier agen (r= 0.848 dan p= 0.000), 3. ada korelasi positif antara hambatan karier dengan kesuksesan karier agen (r= 0.674 dan p= 0.000), 4. ada pengaruh negatif orientasi karier layanan dan hambatan karier terhadap kesuksesan karier eksternalnya atau hasil penilaian kinerja (r = -0.619 dan p= 0.000). Tampaknya hambatan karier internal dapat memicu kehidupan kerja agen asuransi secara positif dan orientasi karier layanan mewarnai pilihan karier agen. Berdasar atas temuan di atas, penulis mengajukan saran implementasi sebagai berikut: Pertama, proses perencanaan dan pengembangan karir dapat melibatkan instrumen ini sebagai pengungkap kesesuaian aspirasi organisasi dengan aspirasi individu. Kedua, pola pikir dalam perencanaan dan pengembangan karir perlu melibatkan aspirasi dan argumentasi pilihan karir setiap individu. Hal ini berlaku juga pada saat proses pelatihan dan pengembangan. Ketiga, pihak manajemen perlu mengintegrasikan peran orientasi karir yang lain dalam perencanaan dan pengembangan karir.