digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2008 TA PP TEGUH AGUS PRIYANTO 1-COVER.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP TEGUH AGUS PRIYANTO 1-BAB 1.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP TEGUH AGUS PRIYANTO 1-BAB 2.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP TEGUH AGUS PRIYANTO 1-BAB 3.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP TEGUH AGUS PRIYANTO 1-BAB 4.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP TEGUH AGUS PRIYANTO 1-BAB 5.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP TEGUH AGUS PRIYANTO 1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

Sekarang ini adalah era di mana orang membeli barang bukan karena nilai kemanfaatannya namun karena gaya (hidup), demi sebuah citra yang diarahkan dan dibentuk untuk menuju citra yang 'ideal'. Dampaknya penampilan dan gaya yang notabene diadopsi dari luar mengabaikan kepentingan moral, etika, atau disiplin bersosialisasi. Fenomena itu menjadikan masyarakat kehilangan identitasnya karena manusia dibentuk dengan pola pikir yang seragam yang berlandaskan pada penilaian nominal harta benda. Manusia lebih mementingkan aspek pencintraan diri daripada menjadi manusia yang mempunyai kearifan moral. Semakin parah lagi manusia sekarang sudah terlalu jauh menilai manusia lain dengan penilaian secara nominal seperti sebuah benda mati, walaupun tidak secara kasat mata. Susah kita menyalahkan orang lain, karena kita sendiri sudah terjebak dalam sistem kehidupan yang demikian. Demikian juga yang berlaku dalam sistem perdagangan saat ini. Manusia sudah sangat tidak memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlandaskan moralitas dengan menghadirkan berbagai macam cara berdagang yang berorientasi pada sebanyak-banyaknya laba yang diperoleh. Kehadiran kamuflase adalah salah satunya. Cara kamuflase yang saya tuturkan sebagai karya Tugas Akhir ini adalah masih termasuk cara yang sangat sederhana, atau dapat dikatakan sebagai dasar maraknya tindakan pengkelabuhan dalam berdagang. Saat ini cara berkamuflase dalam berdagang sangat beragam macamnya, seperti dengan cara menghadirkan hadiah sebagai imbalan jika membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Istilah populernya sering disebut dengan politik dagang. Melalui kasus-kasus yang telah ada kita dapat menarik kesimpulan, bahwa kegiatan kamuflase yang mem-bombardir kita saat ini adalah satu tindakan yang mempermainkan pola pikir kita, terutama berawal dari citraan. Berawal dari pencitraan inilah manusia dipermainkan dengan mengambil dasar dari kelebihan kita sebagai manusia yang senang menggunakan simbol sebagai alat berkomunikasi. Kesadaran akan komunikasi simbol ini seharusnya dapat membuat kita lebih mawas diri terhadap segala macam politik dagang yang digunakan oleh para produsen atau para pemilik komoditi dagang, sehingga kita sebagai konsumen dalam memilih barang dagangan tidak hanya berlandaskan pada nilai-nilai yang ilusif. Hal tersebutlah yang mendasari dalam pembuatan tugas akhir dengan bentuk metafora. Pembuatan karya ini merupakan suatu kritik pada fenomena kebudayaan yang mendominasi dalam masyarakat khususnya Pekalongan. Kesimpulannya tema ini diangkat di dalam karya merupakan pandangan dan bentuk ekspresi saya untuk memahami kebudayaan di dalam masyarakat, sekaligus juga membaca kondisi budaya dimana saya hidup dan beraktifitas. Akhir kata, karya ini bukanlah suatu pencapaian akhir, selalu ada kemungkinan dan godaan untuk mengembangkan gagasan dan pencarian estetik yang lebih jauh. Tugas Akhir ini merupakan sebuah proses yang akan terus berjalan, seiring dengan berkembangnya kemampuan pengamatan, pendekatan dan pengolahan atas segala hal yang menjadi bidang ketertarikan saya di masa yang akan datang. Saya pun berharap, semoga saja karya ini sedikitnya memiliki manfaat serta dapat menjadi sebuah inspirasi.