digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

1999 DIS PP PETRUS HARY TJAHJA SOEDIBYA 1-cover.pdf

File tidak tersedia

1999 DIS PP PETRUS HARY TJAHJA SOEDIBYA 1-bab1.pdf
File tidak tersedia

1999 DIS PP PETRUS HARY TJAHJA SOEDIBYA 1-bab2.pdf
File tidak tersedia

1999 DIS PP PETRUS HARY TJAHJA SOEDIBYA 1-bab3.pdf
File tidak tersedia

1999 DIS PP PETRUS HARY TJAHJA SOEDIBYA 1-bab4.pdf
File tidak tersedia

1999 DIS PP PETRUS HARY TJAHJA SOEDIBYA 1-bab5.pdf
File tidak tersedia

1999 DIS PP PETRUS HARY TJAHJA SOEDIBYA 1-pustaka.pdf
File tidak tersedia

Abstrak : Pakan sebagai sumber nutrisi maupun energi merupakan bahan yang sangat menentukan dalam pencapaian kemampuan hidup (fitness) suatu organisme. Ketersediaan sumber pakan di suatu lingkungan sangat beragam, baik secara kuantitas maupun kualitas. Keragaman sumber pakan, baik yang berasal dari hewani maupun nabati, dapat terjadi karena adanya perubahan lingkungan. Mengingat banyaknya keragaman tersebut, organisme seringkali dihadapkan pada suatu pilihan untuk mengkonsumsi sumber pakan tertentu yang mungkin bukan merupakan makanan utamanya. Dalam menghadapi perubahan kondisi lingkungan demikian, diperlukan kemampuan adaptasi fisiologis secara optimal untuk mempertahankan atau mencapai kemampuan hidup. Berdasarkan permasalahan tersebut, dilakukan penelitian mengenai upaya adaptasi secara fisiologis dengan menggunakan hewan air yaitu ikan gurami Osphronemus gouramy Lac. Pemilihan ikan gurami berdasarkan kenyataan bahwa sampai sekarang masih terdapat kontroversi mengenai sifat ikan gurami, yaitu apakah herbivora, karnivora atau omnivora. Penelitian dilakukan melalui pendekatan konsep alokasi anggaran energi (energy budget). Konsep alokasi anggaran energi pada dasarnya adalah keseimbangan antara pemasukan sumber pakan atau sumber energi, dengan kebutuhan energi yang diserap untuk proses metabolisme, pertumbuhan, maupun yang terekskresi melalui feses dan urin. Berdasarkan konsep tersebut, variasi alokasi anggaran energi pada dasarnya merupakan upaya atau cara ikan gurami dalam mempertahankan diri akibat adanya perubahan lingkungan. Walaupun sampai saat ini masih terdapat kontroversi apakah ikan gurami benar-benar bersifat herbivora, ternyata dengan perlakuan pemberian pakan sebagai herbivora, ikan gurami masih mampu memperlihatkan kelangsungan hidup. Hal ini membuktikan, bahwa ikan gurami melakukan proses adaptasi fisiologis. Kemampuan ini memberi makna, bahwa suatu organisme mampu atau tidak mampu mengoptimalkan pengalokasian anggaran energi dari dalam tubuhnya. Keberhasilan dalam mengoptimalkan alokasi anggaran energi pada penelitian ini diwujudkan dalam bentuk pertambahan bobot badan serta aktivitas ikan. Aktivitas ikan yang diukur adalah jarak jelajah, waktu istirahat, waktu ambulatori dan waktu stereotip. Penelitian ini bertujuan membandingkan berbagai variasi fenotipik yang mungkin akan ditampilkan sebagai akibat adanya variasi pemberian pakan. Untuk mengetahui hal tersebut, dilakukan penelitian ikan gurami yang diberi sumber pakan tepung cacing Tubifex, tepung ikan, tepung daun sente Alocasia macrorhiza (L) Scott, tepung daun eceng gondok Eichornia crassipes (Mart.) Solms, dan campuran antara tepung ikan dengan tepung daun sente. Penelitian ini berskala laboratoris dan dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap parameter yang mempengaruhi nilai anggaran energi. Parameter tersebut adalah daya cerna pakan, daya serap nutrisi, efisiensi pakan, konsumsi pakan,serta perilaku atau aktivitas ikan. Hasil penelitian terhadap variasi alokasi anggaran energi pada ikan gurami yang diberi sumber pakan hewani maupun nabati memperlihatkan adanya perbedaan sangat nyata melalui pengalokasian energi yang terserap untuk metabolisme, pertumbuhan maupun yang terekskresi melalui feses atau urin. Ikan gurami yang diberi sumber pakan Tubifex mengalokasikan energi yang masuk melalui pakan untuk diserap guna keperluan proses metabolisme sebesar 64,69 %, yang digunakan untuk pertumbuhan 20,46 % dan yang terekskresi melalui feses 14,72 % dan urin 0,13 %. Sementara itu ikan gurami yang mengkonsumsi sumber pakan tepung daun sente (kontrol), mengalokasikan energi yang terserap untuk metabolisme sebesar 58,44 %, untuk pertumbuhan 7,52 %, yang terekskresi melalui feses 33,93 %, dan urin 0,11 %. Melihat fenomena tersebut, terbukti bahwa alokasi anggaran energi merupakan usaha untuk beradaptasi secara fisiologis terhadap ketersediaan sumber pakan. Pengaturan anggaran energi tersebut merupakan salah satu cara ikan gurami mempertahankan kelangsungan hidupnya secara maksimal (maximal fitness) yang diwujudkan dalam nilai pertumbuhan. Pengeluaran energi melalui feses dan urin pada ikan gurami yang diberi sumber pakan nabati terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan ikan gurami yang mengkonsumsi sumber pakan hewani. Tingginya tingkat pengeluaran energi tersebut secara langsung akan mengurangi alokasi energi yang dibutuhkan untuk proses metabolisme, sehingga akan berpengaruh juga terhadap alokasi energi untuk pertumbuhan. Laju pertumbuhan ikan gurami yang diberi sumber pakan hewani (Tubifex) terlihat lebih baik yaitu sebesar 0,84 %/hari dibandingkan gurami yang mengkonsumsi sumber pakan tepung daun sente yaitu 0,43 %/hari. Tingginya laju pertumbuhan pada ikan gurami yang diberi sumber pakan hewani karena didukung oleh tingginya nilai parameter fisiologis seperti daya cerna pakan, daya serap nutrisi, efisiensi pakan, konsumsi oksigen serta perilaku ikan gurami. Sebaliknya rendahnya laju pertumbuhan pada ikan gurami yang mengkonsumsi sumber pakan nabati disebabkan karena tingginya pengeluaran energi melalui feses, hal ini disebabkan karena sukarnya pakan dicerna (5,63). Sukarnya pakan untuk dicerna ini menyebabkan peningkatan proses pemcernaan makanan, sehingga diperlukan energi yang tinggi (63). Tingginya energi tersebut tercermin pada hasil pengukuran konsumsi oksigen yang tinggi yaitu sebesar 0,76 mg/g/j. Tingginya tingkat konsumsi oksigen ini sebagai akibat proses pemecahan karbohidrat menjadi gula sederhana (8). Parameter lain yang dapat dijadikan untuk memperkuat hasil tersebut adalah pendeknya jarak jelajah yang secara langsung diikuti oleh lamanya waktu istirahat. Aktivitas ini dilakukan sehubungan dengan cara ikan gurami dalam pengaturan alokasi energi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan lebih lanjut, bahwa ikan gurami melakukan pengaturan alokasi anggaran energi secara optimal untuk mencapai tujuan hidupnya secara maksimal. Adaptasi fisiologis merupakan konsep biologi yang menunjukkan bahwa organisme mempunyai kemampuan untuk mengubah alokasi anggaran energinya untuk dapat mengatasi perubahan lingkungan. Berdasarkan evaluasi nilai alokasi anggaran energi di atas, variasi anggaran energi ini disebabkan adanya kemampuan ikan gurami untuk melakukan proses fisiologis secara optimum, khususnya dalam memanfaatkan sumber pakan yang dikonsumsi. Hal tersebut didukung basil analisis terhadap nilai-nilai parameter fisiologis yang mempengaruhi proses pencernaan dan penyerapan pakan. Nilai daya cerna protein yang ditunjukkan ikan gurami yang mengkonsumsi sumber pakan Tubifex adalah yang paling tinggi, yaitu 96,11 %.