digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pendidikan merupakan salah satu penyangga kelangsungan hidup kebudayaan manusia. Salah satu bentuk utama dari pendidikan yang dilaksanakan dalam masyarakat modern adalah pengajaran di lembaga pendidikan atau sekolah, termasuk di dalamnya adalah perguruan tinggi. Proses pengajaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan itu kini dilaksanakan berdasarkan suatu rencana tertentu yang biasa disebut dengan istilah kurikulum. Salah satu kriteria kurikulum yang baik adalah harus terjaganya relasi antara berbagai pengetahuan dalam satu kurikulum, sedangkan jumlah pengetahuan yang terdapat dalam kurikulum seringkali sangat besar dan diajarkan dalam berbagai mata kuliah. Hal ini menyulitkan pengelola bidang akademik perguruan tinggi untuk memantau agar perubahan-perubahan dalam mata kuliah tertentu tetap selaras baik dengan mata kuliah yang lain maupun dengan tujuan pengajaran di perguruan tinggi tersebut. Berdasarkan masalah yang dihadapi pengelola kurikulum, maka muncul prospek untuk mengembangkan suatu kerangka kerja yang dapat dipergunakan untuk memetakan berbagai aspek dari sebuah kurikulum. Kerangka kerja ini merupakan model konseptual dari arsitektur kurikulum yang dipergunakan di lembaga pendidikan tinggi. Kerangka kerja ini dikembangkan berlandaskan pada konsep enterprise architecture. Penelitian yang dilakukan termasuk jenis design science research (DSR), yaitu jenis penelitian di mana dikembangkan sesuatu hal yang baru, yang belum ada sebelumnya. Langkah-langkah penelitian diawali dengan menerapkan teori analogi untuk membuktikan bahwa konsep enterprise architecture layak dianalogikan dengan konsep kurikulum. Hal ini berhasil dilakukan, sehingga usaha untuk mengembangkan kerangka kerja arsitektur kurikulum (KKAK) berdasarkan enterprise architecture dapat dipertanggungjawabkan. Usaha mengembangkan KKAK itu sendiri menggunakan pengetahuan dari tiga domain yakni: kurikulum, enterprise architecture, dan pengetahuan (knowledge). Secara lebih spesifik, yang dipergunakan adalah model kurikulum dari Ralph W. Tyler, Zachman Framework, pemetaan pengetahuan, dan Blooms Taxonomy of Educational Objectives: Cognitive Domain. KKAK yang terbentuk adalah berupa matriks yang terdiri dari tiga baris dan enam kolom. Ketiga baris itu menunjukkan sudut pandang tiga pihak yang paling aktif berpartisipasi dalam penyusunan kurikulum: program studi, kelompok spesialisasi, dan rapat koordinasi mata kuliah. Sedangkan keenam kolom itu merepresentasikan know-why, know-what, know-how, know-who, know-when, dan know-where dari kurikulum yang sedang dibahas tersebut. KKAK yang telah diperoleh kemudian diuji dengan menggunakan metode studi kasus. Objek studi kasus yang dipilih adalah Bidang Kajian Sistem Informasi di Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Bandung. Kesimpulan dari studi kasus ini adalah bahwa KKAK ternyata memang dapat diaplikasikan dalam kondisi riil. Juga bahwa KKAK dapat mendukung peningkatan mutu kurikulum, sebagai perkakas untuk melakukan perencanaan, pengendalian, pengelolaan, maupun pengevaluasian pelaksanaan kurikulum di perguruan tinggi. Misalnya, ditemukan bahwa penerapan KKAK mengakibatkan pengguna harus menggambarkan sesuatu secara sistemik, yang menyebabkan kelemahan-kelemahan relasional yang terdapat di dalam kurikulum menjadi termunculkan. Selain itu, penerapan KKAK telah menunjukkan bahwa mengembangkan sistem informasi untuk mendukung kerangka kerja itu tidaklah sulit; bahwa di antara kolom-kolom dalam kerangka kerja itu ternyata ada yang sangat terkait satu sama lain, dan ada lagi yang sangat mandiri; dan bahwa ada kolom-kolom yang tidak penting bagi pengguna sehingga jika dibuat pun, akan diabaikan oleh pengguna. Kedua temuan terakhir ini, yakni gejala kuat-lemahnya keterkaitan antara kolom-kolom, serta adanya kolom yang tidak relevan, dapat dikembalikan ke bidang enterprise architecture, dan merupakan open issue yang dapat diteliti dalam kesempatan yang lain.