digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pembangkit Listrik Tenaga Air merupakan sumber listrik bagi masyarakat yang memberikan banyak keuntungan terutama bagi masyarakat pedalaman di seluruh Indonesia. Disaat sumber energi lain mulai menipis dan memberikan dampak negatif, maka air menjadi sumber yang sangat penting karena dapat dijadikan sumber energi pembangkit listrik yang murah dan tidak menimbulkan polusi. Selain itu, Indonesia kaya akan sumber daya air sehingga sangat berpotensial untuk memproduksi energi listrik yang bersumber daya air. Tugas akhir ini menguraikan tentang pembangkit listrik tenaga air skala kecil yang disebut Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) didaerah Pekatan, Lombok Nusa Tenggara Barat. Pembangunan pembangkit listrik ini direncanakan untuk dibuat seefisien dan seefektif mungkin terutama kaitannya dengan biaya konstruksi dan operasional serta biaya jual per kW nya, tetapi dapat memberikan manfaat yang besar terutama bagi masyarakat kecil khususnya disekitar lokasi pembangunan PLTM. Berdasarkan topografi daerah lokasi studi, dihasilkan 2 alternatif skema untuk PLTM. Skema adalah letak atau posisi bangunan penunjang PLTM seperti bendung, saluran penghantar, pipa penstock dan gedung sentral. Alternatif skema ini dibedakan oleh lokasi gedung sentral, untuk alternatif 1 lokasi gedung sentral berada di hilir AWLR sementara untuk alternatif 2 lokasi gedung sentral berada diatas AWLR. Posisi gedung sentral ini menyebabkan perbedaan panjang saluran penghantar, panjang jalan masuk dan panjang pipa pesat. Posisi gedung sentral juga sangat mempengaruhi tinggi jatuh efektif air untuk membangkitkan turbin. Alternatif 1, panjang saluran penghantar sebesar 600m dan tinggi jatuh efektif sebesar 17.5 m, sedangkan alternatif 2 memiliki panjang saluran penghantar sebesar 450 m dan tinggi jatuh efektif sebesar 13 m. dalam tugas akhir ini dianalisis alternatif mana yang dapat memberikan mamfaat maksimal dengan biaya yang minimal. Berdasarkan perhitungan, biaya konstruksi untuk alternatif 1 dengan debit rencana 3.06 m3/s sebesar US$ 2,090,048 atau Rp. 19,855,464,348 sedangkan untuk alternatif 2 biaya konstruksinya adalah US$ 2,033,309 atau Rp. 19,316,439,429. Setelah dilakukan perbandingan ternyata pembangunan PLTM dengan skema alternatif 1 memerlukan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif 2. Tetapi apabila dilakukan perbandingan terhadap biaya konstruksi per kW nya, alternatif 1 lebih murah dibandingkan dengan alternatif 2 karena alternatif 1 menghasilkan daya yang lebih besar dibandingkan dengan alternatif 2. hal ini disebabkan alternatif 1 memiliki tinggi jatuh efektif yang lebih besar dibandingkan dengan alternatif 2. sehingga pembangunan PLTM dilakukan berdasarkan skema alternatif 1. setelah ditentukan skema PLTM kemudian dilakukan studi optimasi berdasarkan debit rencana yang dipilih, debit ini dipilih berdasarkan probabilitas kejadiannya yaitu 30%, 35%, 40%, 45%, 50%. Berdasarkan analisis ternyata debit dengan probalitas 35% merupakan debit yang paling optimal untuk PLTM Pekatan ini. Sehingga untuk desain rinci pembangunan PLTM digunakan skema alternatif 1 dengan tinggi jatuh efektif 17.5 m dan debit rencana 35% yaitu 5.23 m3/detik. Selanjutnya dibuat desain bangunan keairan pada pembangunan PLTM Pekatan yang meliputi bendung, saluran pengambil, saluran penghantar, kantung Lumpur, saluran pembilas, kolam penenang, dan pipa pesat. Untuk bagian elektro mekanisnya didesain turbin yang cocok untuk jenis aliran yang akan membangkitkan turbin, pada PLTM ini dipilih turbin tipe Francis dengan kecepatan sedang. Setelah melakukan desain rinci bangunan utama, dilakukan analisis ekonomi apakah pembangunana ini layak atau tidak untuk dilaksanakan. Bangunan keairan didesain untuk masa layan selama 30 tahun mendatang, sehingga perhitungan ekonomi dilakukan untuk 30 tahun mendatang pula. Berdasarkan perhitungan pada analisa ekonomi, didapatkan hasil EIRR sebesar 12.08% dan BCR sama dengan 1.01. Dan pada analisa finansial didapatkan hasil FIRR sebesar 11.76% dan BCR 0.98. Begitu juga setelah dilakukan analisa sensitivitas berdasarkan kondisi terburuk yang akan terjadi nantinya. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa proyek layak dilaksanakan, dimana nilai IRRnya lebih besar daripada nilai suku bunga investasi 12 % dan nilai BCRnya yang lebih besar daripada 1. Sehingga pembangunan PLTM Pekatan akan mendatangkan profit bagi negara.