digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2008 TS PP MARKUS TANUBRATA 1-COVER.pdf

File tidak tersedia

2008 TS PP MARKUS TANUBRATA 1-BAB 1.pdf
File tidak tersedia

2008 TS PP MARKUS TANUBRATA 1-BAB 2.pdf
File tidak tersedia

2008 TS PP MARKUS TANUBRATA 1-BAB 3.pdf
File tidak tersedia

2008 TS PP MARKUS TANUBRATA 1-BAB 4.pdf
File tidak tersedia

2008 TS PP MARKUS TANUBRATA 1-BAB 5.pdf
File tidak tersedia

2008 TS PP MARKUS TANUBRATA 1-PUSTAKA.pdf
File tidak tersedia

Biaya produk adalah informasi yang sangat penting sebagai dasar untuk pengambilan keputusan manajerial di suatu perusahaan manufaktur. Keputusan untuk menetapkan harga jual dan bauran produk adalah hal-hal yang bersifat kritikal dan strategik untuk organisasi dalam menghadapi persaingan di pasar. Biaya produk yang memiliki nilai strategik di perusahaan memberi implikasi bahwa biaya ini harus dapat diukur, dihitung, dan ditentukan dengan benar dan akurat. Biaya produk diukur dan dihitung melalui sistem akuntansi biaya. Banyak perusahaan yang masih menggunakan sistem perhitungan biaya produk dengan konsep tradisional yang sebenarnya dirancang untuk menilai persediaan (inventory) dalam sistem akuntansi keuangan. Konsep ini sederhana dan mudah untuk diterapkan mengingat sistem akuntansi keuangan merupakan keharusan di setiap perusahaan yang diwajibkan oleh hukum. Maka data dari sistem ini sudah tersedia, tetapi tidak memadai untuk perhitungan biaya produk untuk keperluan akuntansi manajemen. Sistem perhitungan biaya produk tradisional memiliki keterbatasan dalam menghitung biaya-biaya tidak langsung yang dibebankan ke produk. Activity-Based Costing (ABC) adalah konsep perhitungan biaya dalam akuntansi manajemen yang didasarkan pada aktivitas-aktivitas bisnis dalam organisasi yang dapat diterapkan untuk menghitung biaya produk dengan lebih akurat. Produk merupakan hasil aktivitas-aktivitas bisnis dan aktivitas-aktivitas tersebut memanfaatkan sumberdaya yang berarti menimbulkan biaya. Biaya produk dihubungkan ke aktivitas-aktivitas bisnis relevan dan kemudian ke sumberdaya-sumberdaya yang dimanfaatkan. Hal ini menghasilkan perhitungan biaya produk yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan menggunakan konsep tradisional. ABC baik untuk diterapkan di perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk dan memiliki komponen biaya tidak langsung yang signifikan. Penelitian ini dilakukan terhadap sebuah perusahaan manufaktur dan bertujuan untuk membuat konsep sistem perhitungan biaya produk menggunakan Activity-Based Costing. Konsep sistem tersebut dapat diterapkan untuk menghasilkan informasi biaya produk untuk mendukung keputusan manajerial bersifat strategik yaitu penetapan harga jual dan bauran produk. Biaya tiap aktivitas bisnis juga tersedia dan dapat dihitung sehingga informasinya dapat digunakan untuk mendukung aksi-aksi manajerial dalam melakukan perbaikan efisiensi proses bisnis. Analisis dilakukan pada kondisi 'as-is' di perusahaan yang menerapkan sistem tradisional untuk perhitungan biaya produknya. Data yang dikumpulkan melalui wawancara dan observasi kemudian dimanfaatkan untuk mengembangkan konsep sistem Activity-Based Costing sebagai kondisi ‘to-be’ yang diusulkan agar diterapkan untuk menghitung biaya produk dan biaya aktivitas yang diperlukan sebagai pendukung sistem informasi biaya produk sesuai kebutuhan pengambilan keputusan manajerial. Penelitian ini menemukan bahwa sistem perhitungan biaya produk tradisional menghasilkan nilai biaya produk yang tidak akurat yang berpotensi mengarah ke informasi yang bias untuk pengambilan keputusan manajerial. Konsep Activity-Based Costing yang dirancang untuk perusahaan menghubungkan produk ke aktivitas-aktivitas bisnis spesifik, kemudian ke sumberdaya-sumberdaya sesuai yang dimanfaatkan aktivitas-aktivitas tersebut, menyediakan perhitungan biaya produk yang lebih akurat.