digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi matahari dengan radiasi harian matahari rata-rata 4,8 kWh/m yang kondusif untuk dijadikan tempat pembangunan pembangkit listrik tenaga matahari. Namun dalam pembangunan generator listrik energi matahari, harus mempertimbangkan daerah yang belum terdistribusi jaringan listrik dikarenakan sulitnya pemasangan dan diestimasi besaran daya radiasi matahari yang diterima permukaan di wilayah tersebut. Pada pengerjaan tugas akhir ini, digunakan model SMARTS (Simple Model of the Atmospheric Radiative Transfer of Sunshine) untuk mengestimasi daya radiasi matahari per panjang gelombang. Untuk menentukan wilayah yang berpotensi digunakan data dari NCEP Reanalysis dan peta distribusi PLN. Kemudian mengestimasi besaran daya radiasi matahari di wilayah yang telah diketahui potensinya menggunakan model SMARTS dengan input data klimatologi (pengukuran), sehingga diperoleh daya radiasi per panjang gelombang yang akan disesuaikan dengan tanggapan spektral dari semikonduktor solar sel. Daya listrik diperoleh dengan mengkonversi daya radiasi matahari hasil estimasi menggunakan efisiensi solar sel. Wilayah yang berpotensi adalah beberapa bagian dari wilayah Jawa Timur dengan mengambil 6 titik stasiun pengamatan. Rata-rata daya listrik yang diperoleh bila dipasang 1 modul solar sel adalah sebesar 86,01 W untuk Pasuruan, 82,98 W untuk Kedawung, 82,32 untuk Jatiroto, 82,18 W untuk Banyuwangi, 83,10 W untuk Tretes, dan 82,36 W untuk Wringin Anom. Jika dibandingkan daya listrik di wilayah Jawa Timur dengan yang dipasang di Serre, Italia dimana besar daya listriknya 55 W tiap satu modul solar sel, maka ini membuktikan wilayah tropis lebih berpotensi daripada subtropis.