digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2008 TA PP KUKUH RIZKI SATRIAJI 1-COVER.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP KUKUH RIZKI SATRIAJI 1-BAB 1.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP KUKUH RIZKI SATRIAJI 1-BAB 2.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP KUKUH RIZKI SATRIAJI 1-BAB 3.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP KUKUH RIZKI SATRIAJI 1-BAB 4.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP KUKUH RIZKI SATRIAJI 1-BAB 5.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP KUKUH RIZKI SATRIAJI 1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

Stasiun Kereta Api Bandung merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kota Bandung yang telah berdiri selama lebih dari seratus tahun. Stasiun Kereta Api Bandung pertama kali didirikan pada tanggal 17 Mei 1884 saat masa pemerintahan Belanda di Indonesia. Banyak sekali peristiwa yang telah dilalui dan dialami oleh Stasiun Kereta Api Bandung, dari masa penjajahan, masa perjuangan kemerdekaan, hingga sekarang. Bangunan stasiun seolah-olah menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Wilayah sekitar Stasiun Bandung pada mulanya hanya sebuah lahan terlantar, namun sejak stasiun dibangun, perlahan terjadi perubahan. Keberadaan Stasiun Kereta Api Bandung turut membantu perkembangan wilayah Kota Bandung. Fungsi utama stasiun yaitu sebagai salah satu sarana transportasi yang membantu terjadinya sirkulasi manusia dari satu tempat ke tempat lain. Akibatnya, banyak penginapan, rumah makan dan pusat perbelanjaan yang dibangun di sekitar stasiun. Semua itu seolah-olah menjadikan Stasiun Kereta Api Bandung sebagai pusat kegiatannya. Pengaruh stasiun tidak hanya terjadi pada kawasannya saja, namun di dalam stasiun itu sendiri terjadi perubahan-perubahan/transformasi, baik dari segi fasilitas, fungsi maupun perilaku manusia yang berada di dalamnya. Stasiun Kereta Api Bandung terus berkembang mengikuti kebutuhan-kebutuhan manusia pengguna stasiun. Dari segi budaya, stasiun merupakan pintu masuk seseorang dari satu daerah menuju daerah lain, yang memiliki kebudayaan yang berbeda. Sehingga stasiun dapat diumpamakan sebagai gerbang budaya, di mana dapat kita masukkan ciri-ciri kebudayaan suatu daerah pada bangunan stasiun.