digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT. XYZ merupakan perusahaan peleburan aluminium di Indonesia dan seksi kerja Casting merupakan salah satu seksi kerja utama di PT. XYZ. Dengan kondisi kerja yang memiliki potensi bahaya cukup besar berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja, tentunya penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di perusahaan sangat dibutuhkan di PT. XYZ khususnya seksi kerja Casting. Menurut data tahun 2005-2007, seksi ini memberikan kontribusi kecelakaan kerja sebesar 24-30% dari total kecelakaan kerja di PT. XYZ. Oleh karena itu dibutuhkan review terhadap potensi-potensi bahaya yang ada dengan tujuan agar pelaksanaan SMK3 dapat diperbaiki secara terus menerus sehingga tingkat Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan tersebut selalu meningkat. Langkah awal dalam menentukan dan menilai skor risiko adalah proses identifikasi bahaya. Dalam penelitian Tugas Akhir ini, identifikasi bahaya dilakukan pada tiap plant atau unit kegiatan di seksi kerja Casting (Penuangan). Proses identifikasi bahaya dilakukan dengan menggunakan teknik Operating Hazard Analysis (OHA) dengan memperhatikan faktor bahaya, akibat bahaya, skor risiko, tindakan yang akan diambil (action), dan cara pengendalian bahaya dengan mempertimbangkan consequence, exposure, dan probability. Penentuan risiko dilakukan dengan menggunakan 3 (tiga) metode perhitungan skor risiko yaitu Modifikasi Risk Management Standar Australia (AS/NZS 4360:1999), Metode Fine, dan Risk Score Calculator (RSC). Berdasarkan hasil penentuan skor risiko, maka lokasi kerja dan kegiatan yang memiliki potensi dan faktor bahaya paling besar adalah lokasi di atas furnace, kegiatan memberi aba-aba dari atas dapur; lokasi depan furnace, kegiatan naik-turun tangga MT Car memeriksa lubang nozzle discharge dan pouring device; lokasi Dross Cooling Room; lokasi fasilitas khusus/tambahan yaitu peralatan penyedia minyak berat dan peralatan persediaan LPG. Tindakan dan pengendalian yang dihasilkan pada metode Modifikasi Standar Australia dan metode Fine bersifat lebih toleran, dibandingkan dengan metode RSC yang bersifat ketat. Dapat disimpulkan penggunaan metode RSC memberikan hasil yang lebih optimal dalam penerapannya di SMK3.