digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2007 TS PP HERBERT 1-COVER.pdf

File tidak tersedia

2007 TS PP HERBERT 1-BAB1.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP HERBERT 1-BAB2.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP HERBERT 1-BAB3.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP HERBERT 1-BAB4.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP HERBERT 1-BAB5.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP HERBERT 1-PUSTAKA.pdf
File tidak tersedia

Abstrak: Perkembangan sistem informasi akhir-akhir ini sangat luar biasa. Informasi yang dihasilkan tidak hanya bersumber dari data yang bersifat transaksional, tetapi telah beranjak pada pendekatan untuk mengelola berbagai macam data yang dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Salah satu dari kegiatan pengelolaan tersebut di atas adalah manajemen pengetahuan atau knowledge management selanjutnya disebut KM. Istilah KM dapat mengacu pada konteks KM itu sendiri (pemanfaatan pengetahuan) dan sistem KM (berperan sebagai fasilitator untuk memanfaatkan dan menciptakan pengetahuan). Organisasi yang ingin menerapkan KM tentunya harus dilengkapi dengan sistem KM, selain dari beberapa isu organisasi dan faktor manusia (human / people) dalam proses akuisisi, koleksi dan distribusi pengetahuan itu sendiri. Secara teoritis KM dapat dipandang menjadi konteks KM yang berupa pengetahuan itu sendiri, yang dapat diperoleh dengan mengikuti proses penciptaan pengetahuan menurut model spiral SECI. Agar proses penciptaan ini berhasil, maka diperlukan sebuah sistem KM yang berperan sebagai fasilitator dari setiap proses. Sistem ini dapat diterapkan jika didukung oleh lingkungan organisasi yang meliputi aspek manusia dan kultur organisasi. Agar semua tahapan SECI ini dapat dijalankan dengan lancar, maka diperlukan sebuah kerangka kerja implementasi yang digunakan sebagai pedoman pada pendefinisian setiap aktivitas baik pada proses penciptaan pengetahuan maupun pembangunan dan penerapan sistem KM. Kesulitan yang dihadapi dalam mengembangan KM meliputi aspek pendefinisian dan pembangunan konteks KM itu sendiri, pembangunan sistem dan implementasi sistem. Banyak organisasi yang menghabiskan waktu pada pembangunan sistem, tetapi pada kenyataannya dua hal lain memegang peranan yang jauh lebih besar yaitu pendefinisian konteks KM dan implementasinya, karena KM sangat erat kaitannya dengan usaha ekstraksi pengetahuan yang ada pada pikiran manusia. Tesis ini tidak menitikberatkan pembahasan pada konteks KM maupun sistem KM, tetapi lebih menekankan pada aspek implementasi KM. Dasar pemikirannya adalah bahwa konteks KM dan sistem KM sangat luas dan isinya dapat bervariasi pada berbagai organisasi, meskipun konsep dasarnya sama. Identifikasi KM maupun elemen sistem KM pada organisasi sangat bergantung pada kebutuhan organisasi tersebut dan ruang lingkupnya juga ditentukan oleh tingkat kemampuan organisasi. Pemilihan ruang lingkup penelitian pada implementasi KM didasari oleh fakta bahwa meskipun organisasi telah menyusun konsep yang sangat memadai untuk KM maupun sistem KM, tetapi tantangan terbesar tetaplah terletak pada proses implementasi. Kegagalan pada proses implementasi menyebabkan semua usaha yang telah dibangun pada tahap konseptual tersebut menjadi percuma. Fokus pada penelitian ini adalah mengkaji pengembangan sebuah kerangka kerja untuk implementasi KM, dengan dasar pemikiran bahwa implementasi KM juga termasuk salah satu hal terpenting atas adopsi KM pada organisasi. Implementasi yang berhasil meliputi seluruh siklus hidup pengembangan sistem yang dikembangkan mulai dari identifikasi kebutuhan awal hingga pemeliharaan sistem. Kerangka implementasi ini diharapkan dapat bersifat generik dan dibangun dengan menggunakan pendekatan atas 4 unsur sebuah organisasi yaitu organisasi itu sendiri, manusia (people), informasi yang dibutuhkan dan teknologi yang mendukung. Kerangka kerja yang dihasilkan kemudian dicoba diterapkan untuk membuat usulan kerangka kerja implementasi KM di sebuah industri garmen, yaitu BI-ENSI FESYENINDO. Ujicoba ini menunjukkan bahwa pada tahap awal, tidak semua aktivitas dapat diidentifikasi dengan jelas karena ada beberapa aktivitas yang pendefinisiannya tergantung pada keputusan atas aktivitas sebelumnya. Dua tahapan terakhir yang cukup sulit diturunkan dengan jelas adalah pada tahapan implementasi dan evaluasi. Hal ini menunjukkan bahwa kerangka kerja yang dibangun tidaklah bersifat satu kali eksekusi, tetapi harus mengalami iterasi seiring dengan perkembangan pemahaman organisasi atas sistem yang akan dibangun.