digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2006 TS PP FAIKA DWIYANTI 1-BAB1.pdf

File tidak tersedia

2006 TS PP FAIKA DWIYANTI 1-BAB2.pdf
File tidak tersedia

2006 TS PP FAIKA DWIYANTI 1-BAB3.pdf
File tidak tersedia

2006 TS PP FAIKA DWIYANTI 1-BAB4.pdf
File tidak tersedia

2006 TS PP FAIKA DWIYANTI 1-BAB5.pdf
File tidak tersedia

2006 TS PP FAIKA DWIYANTI 1-COVER.pdf
File tidak tersedia

2006 TS PP FAIKA DWIYANTI 1-PUSTAKA.pdf
File tidak tersedia

ABSTRAK: Proses identifikasi melalui penentuan urutan daerah hypervariable segment I (HVSI) DNA mitokondria (mtDNA) dapat dilakukan karena daerah tersebut memiliki laju mutasi yang tinggi. Namun, mutasi T16189C yang menghasilkan rangkaian poli sitosin (poli-C), menyebabkan penentuan urutan melalui direct sequencing tidak bisa lengkap karena tidak terbacanya urutan setelah rangkaian tersebut. Penelitian terdahulu telah berhasil menjawab masalah ini melalui proses kloning. Ketidakberhasilan direct sequencing dan keberhasilan sekuensing setelah kloning diduga karena adanya fenomena heteroplasmi. Untuk menguji hipotesis ini, dilakukan penentuan urutan HVSI beberapa klon DNA rekombinan sampel yang memiliki urutan poli-C menggunakan metode Dideoksi Sanger. Untuk sampel GMR, dari empat klon yang ditentukan urutannya, diperoleh tiga klon dengan panjang rangkaian 11C dan satu klon sepanjang 12C. Sementara untuk sampel XXAM, dari dua klon yang ditentukan urutannya, diperoleh rangkaian poli-C dengan panjang yang berbeda, yaitu 12C dan 15C. Studi ini telah berhasil menunjukkan adanya fenomena heteroplasmi yang dapat diusulkan sebagai penyebab tidak terbacanya urutan daerah HVSI mtDNA yang mengandung poli-C melalui direct sequencing.