digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2008 TA PP BUSRATUL MUKMIN SJAHROEDDIN 1-COVER.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP BUSRATUL MUKMIN SJAHROEDDIN 1-BAB1.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP BUSRATUL MUKMIN SJAHROEDDIN 1-BAB2.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP BUSRATUL MUKMIN SJAHROEDDIN 1-BAB3.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP BUSRATUL MUKMIN SJAHROEDDIN 1-BAB4.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP BUSRATUL MUKMIN SJAHROEDDIN 1-BAB5.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

2008 TA PP BUSRATUL MUKMIN SJAHROEDDIN 1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

Jika dilihat secara garis besar yang dimaksud dengan kriya adalah membuat benda pakai dengan kontent seni tinggi dan individualitas tinggi dalam jumlah tertentu, yang mana antara satu produk dengan produk lainnya tidak sama bahkan dapat dibuat secara made to order atau custom made. Pada perkembangannya produk Kriya memiliki empat jenis golongan produk. Yaitu Kriya Rakyat (Folk Craft) yang dapat dipakai serta beredar luas pada semua golongan masyarakat. Jenis Kriya Rakyat sangat mengedepankan nilai fungsi yang dimiliki oleh produk Kriya tersebut. Kemudian Kriya Keraton (Aristocratic Craft) yaitu jenis produk Kriya yang beredar serta digunakan pada golongan sosial tertentu saja. Yang ketiga Kriya Industri (Industryal Craft) yakni produk Kriya yang sudah menjadi sebuah komoditi ekonomi. Yang terakhir ialah Kriya Kontemporer (Contemporary Craft) atau yang dikenal juga dengan Kriya Individu. Kriya jenis ini sering kali telah kehilangan segi fungsinya, serta sangat mengedepankan nilai estetik yang dimiliki. Atau sudah mengalami banyak pergeseran pada sarat produk Kriya. Sarat sebuah produk Kriya itu sendiri adalah : 1. Produk tersebut memiliki nilai fungsi pakai. 2. Dibuat dengan mempertimbangkan nilai-nilai estetik. 3. Proses pengerjaannya dititik beratkan pada pembuatan dengan tangan. Dapat juga dibuat dengan bantuan mesin asalkan si pembuat produk Kriya tahu dan dapat mengoprasikan semua alat serta memahami proses produksi dari awal sampai akhir. 4. Dibuat dengan jumlah yang terbatas. 5. Pada produk tersebut terdapat status trata sossio kultural yang berlaku pada masyarakat penggunanya. Pada umumnya produk Kriya tradisi sering kali mengalami peluhuran makna sehingga produk kriya tersebut dianggap memiliki nilai tambah dibanding produk-produk lainnya. Dan jika merujuk pada salah satu tulisan Rafles maka secara garis besar suku Sunda terbagi menjadi Banten, Priangan, Sumedanglarang, dan Kacirebonan. Sedangkan jika melihat pada pembagian provinsi yang dilakukan oleh pemerintah Republik Idonesia maka suku Sunda berada pada provinsi Banten dan Jawa Barat. Dimana pada sekitar 1920-an karena pengaruh gejala kebangsaan menjadi cukup terbuka dengan pengaruh dari suku-suku lain di sekitarnya.