digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Insiden ketidakstabilan dari tailing storage facilities (TSF) yang terkenal terjadi di Fundao tailing dam di Brazil membawa kerugian yang besar bagi pihak tambang, lingkungan, dan masyarakat karena adanya daerah yang mengandung slime masuk ke daerah partikel yang berukuran pasir yang menyebabkan ketidakstabilan TSF. Adanya segregasi partikel saat tailing dibuang ke TSF mengakibatkan partikel halus yang terlokalisasi dengan menyebabkan ketahanan mekanis tanah menjadi rendah. Penambahan flokulan dapat menghasilkan flok yang stabil dan mengurangi terjadinya segregasi partikel. Hal ini dapat meminimalkan kegagalan saat tailing didischarge ke TSF. Percobaan diawali dengan karakterisasi sampel tailing dan particle size distribution dari sampel tailing PT. Agincourt Resources. Flokulan yang digunakan terdiri dari 3 flokulan berjenis conventional flocculant (dryfloc 34E), ATBS flocculant 1 (dryfloc 5220E), dan ATBS flocculant 2 (dryfloc SU 25E). Sampel dilakukan pengujian pouring test untuk mendapatkan floc size tiap jenis flokulan, drainage test untuk mengetahui kecepatan keluarnya air pada tiap jenis flokulan, slump test untuk mengetahui slump case yang dihasilkan dengan menggunakan jenis flokulan tertentu. Ketiga jenis testwork tersebut dikategorikan sebagai floc comparison test menggunakan 3 jenis flokulan uji dan 1 flokulan existing. Pengujian sliding test untuk mengetahui kestabilan flok saat penuangan pada bidang miring dengan melihat distribusi ukuran partikel dan P80 dari penambahan flokulan. Hasil sliding test terhadap ATBS flocculant 1 dan 2 menunjukkan flok yang stabil dengan distribusi ukuran partikel yang seragam. Mechanical resistance of soil test dilakukan untuk mengetahui ketahanan mekanis dari tanah (kuat geser) dengan variasi jenis flokulan terhadap dosis flokulan dan persen solid tertentu dilakukan pengujian kompaksi dan direct shear test (DST). Conventional flocculant dapat mengindikasi terbentuknya slime layer yang ditunjukkan oleh flok yang tidak stabil dengan nilai sudut geser dalam dan kohesi yang rendah dibandingkan dengan ATBS flocculant 1 dan 2. ATBS flocculant 1 dan 2 sebagai flokulan optimal yang dapat menciptakan stabilitas pada pengendapan akhir tanah.