digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Aditya Putra Budiyanto
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

Seiring meningkatnya emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari sektor transportasi, terdapat dorongan yang tinggi untuk mengadopsi mobil listrik sebagai alternatif yang mengurangi emisi CO2 dari sektor transportasi. Keberhasilan sejumlah negara industri maju dalam mendorong adopsi mobil listrik untuk mereduksi emisi CO2 tidak diikuti oleh keberhasilan yang sama di negara berkembang. Penelitian mengembangkan suatu model dengan pendekatan Dinamika Sistem untuk menganalisis dampak CO2 yang dihasilkan dari proses adopsi mobil listrik. Model yang dikembangkan mencakup empat sektor, yaitu Sektor Transportation, Sektor Market, Sektor Energy dan Sektor Emission. Proses adopsi mobil listrik digambarkan pada Sektor Transportasi yang dimodelkan dengan menggunakan model Bass. Sektor Market menggambarkan potensi pasar mobil, baik mobil listrik maupun mobil berbahan bakar fosil, yang dimodelkan sebagai fungsi dari GNI PPP (Gross National Income Purchasing Power Parity). Sektor Emission menggambarkan emisi CO2 yang dihasilkan dari Sektor Transportation dan Sektor Energy. Parameter model ditentukan dengan menggunakan data Indonesia, dan tipe mobil listrik yang dimodelkan adalah BEV (Battery Electric Vehicle). Berdasarkan hasil simulasi model diperoleh gambaran bahwa adopsi mobil listrik di negara berkembang dengan sumber energi yang masih didominasi oleh sumber energi berbasis fosil berpotensi meningkatkan emisi CO2. Melalui penggunaan mobil listrik, emisi CO2 secara langsung dari Sektor Transportation akan berkurang, tetapi akan terjadi peningkatan emisi CO2 dari Sektor Energy sebagai akibat penggunaan bahan bakar fosil untuk produksi energi listrik yang diperlukan untuk pengoperasian mobil listrik. Promosi adopsi mobil listrik tanpa disertai perubahan bauran energi dengan dominasi EBT (Energi Baru dan Terbarukan) hanya akan memindahkan sumber emisi CO2 yang semula berasal dari Sektor Transportation ke Sektor Energy. Lebih lanjut, peningkatan efisiensi mobil listrik, dalam hal ini baterai yang digunakan memiliki potensi untuk mereduksi emisi CO2 baik dari Sektor Transportation maupun dari Sektor Energy. Hal ini mengindikasikan perlunya standarisasi efisiensi mobil listrik yang dapat digunakan di negara berkembang. Penggunaan mobil listrik dengan efisiensi baterai yang rendah akan mendorong kebutuhan pasokan energi listrik yang lebih tinggi dari Sektor Energy.