digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian disertasi ini membahas penjadwalan batch pada lantai produksi flowshop tiga tahap yang memroses multi produk dengan dua tahap proses perakitan dengan menggunakan job processor dan satu tahap proses inspeksi dengan menggunakan batch processor. Tahap I dan Tahap II merupakan proses perakitan, namun perbedaannya adalah; pada Tahap I semua jenis produk akan diproses pada sebuah mesin umum, sedangkan pada Tahap II masing-masing jenis produk akan diproses pada mesin khusus yang berbeda. Tahap III merupakan proses inspeksi yang dilakukan pada sebuah mesin umum yang digunakan untuk semua jenis produk. Tahap inspeksi ini dapat digunakan untuk metode inspeksi 100% atau sampel. Penanganan produk non-conforming dilakukan dengan melakukan pengerjaan ulang, penambahan jumlah produksi, atau diasumsikan produk pengganti sudah tersedia. Berdasarkan karakteristik pada proses produksi dan proses inspeksi, serta penggunaan dua tipe mesin yang berbeda, maka pada proses penjadwalan produksi harus dilakukan penyelarasan waktu proses di tiap tahap agar tidak mengalami keterlambatan pengiriman ke konsumen. Penyelarasan proses antar tahap menjadi hal yang kompleks dikarenakan adanya dua jenis batch. Pembentukan batch produksi tergantung pada proses diferensiasi produk, yaitu penentuan jenis produk yang terkandung dalam batch produksi. Pada disertasi ini, diferensiasi produk dilakukan pada Tahap I atau Tahap II. Jika diferensiasi produk pada Tahap I, maka batch produksi pada Tahap I hanya terdiri dari satu jenis produk, sehingga batch produksi yang terbentuk pada Tahap I akan sama dengan batch produksi pada Tahap II. Sementara jika diferensiasi produk pada Tahap II, maka batch produksi pada Tahap I diperkenankan terdiri dari satu atau lebih jenis produk, dan batch produksi pada Tahap II hanya diperbolehkan terdiri dari satu jenis produk, hal ini menyebabkan batch pada Tahap I belum tentu sama dengan batch pada Tahap II. Perbedaan diferensiasi akan berpengaruh terhadap model penjadwalan batch dan variabel keputusannya. Pembentukan batch inspeksi pada Tahap III tergantung dari metode pengujian kualitas yang digunakan. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah inspeksi 100% atau inspeksi terhadap sampel. Batch inspeksi dengan metode inspeksi 100% merupakan batch yang terbentuk dari kumpulan batch produksi yang jumlah total ukuran batch tidak boleh melebihi kapasitas batch processor. Batch inspeksi dengan metode inspeksi sampel merupakan batch yang terbentuk dari kumpulan sampel yang diambil dari setiap batch produksi dengan jumlah total ukuran sampel tidak boleh melebihi kapasitas batch processor. Perbedaan metode inspeksi ini akan mempengaruhi pembentukan model penjadwalan batch. Pada disertasi ini dilakukan tiga tahap pengembangan model penjadwalan batch, yaitu pengembangan model untuk diferensiasi produk di Tahap I dengan inspeksi 100%, disebut sebagai Model 1A, pengembangan model untuk diferensiasi produk pada Tahap I dengan inspeksi sampel, disebut sebagai Model 1B dan pengembangan model untuk diferensiasi produk pada Tahap II dengan inspeksi 100%, disebut sebagai Model 2. Model-model tersebut dibentuk dengan tujuan tidak terjadi keterlambatan saat penyerahan ke konsumen dengan kriteria penjadwalan minimasi total waktu tinggal aktual. Permasalahan penjadwalan batch tiga tahap ini dapat diformulasikan dalam bentuk model integer non-linier. Variabel keputusan integer diperlukan untuk ukuran batch dan relasi non-linier terjadi dikarenakan adanya perkalian antara rentang waktu pemrosesan batch dengan ukuran batch. Masing-masing model sulit untuk diselesaikan dengan metode analitik, maka pada penelitian ini dikembangkan algoritma heuristik untuk mendapatkan solusi terbaik. Contoh-contoh numerik dengan menggunakan data hipotetik dilakukan untuk menguji algoritma-algoritma yang diusulkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dari semua set data yang diuji dapat memperlihatkan hasil yang layak, yaitu menghasilkan jadwal yang tidak melanggar saat sekarang ataupun tenggat waktu, dan tidak terjadi jadwal yang tumpang tindih di semua tahap, serta jadwal yang dihasilkan merupakan jadwal yang meminimasi total waktu tinggal aktual.