digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nada Atika
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

Kelelahan yang dialami masinis merupakan isu penting dalam perkeretaapian karena merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya kecelakaan kereta api. Kelelahan disebabkan oleh kondisi tidur yang tidak baik, salah satunya adalah kondisi tidur yang terbagi dua (split). Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa split sleep menyebabkan meningkatnya kantuk bahkan memburuknya suasana hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak split sleep terhadap kelelahan dalam mengemudikan simulator kereta api. Sebanyak 12 orang partisipan laki-laki berusia 20-25 tahun (22,6±2,61) diminta untuk mengemudikan simulator kereta api di laboratorium selama 150 menit. Sebelum eksperimen, setiap partisipan diminta untuk tidur dengan dua perlakuan berbeda yaitu split sleep 5 jam dan 3 jam (Total waktu tidur 7,51±0,37) dan consolidated 8 jam (7,56±0,51). Serangkaian tes objektif berupa Sustained Attention Test (SAT) serta tes subjektif berupa Karolinska Sleepiness Scale (KSS) dan Visual Analogue Scale (VAS) diujikan sebelum dan sesudah simulasi mengemudi. Parameter SAT yang digunakan pada penelitian ini yaitu %miss dan >850ms. Data menunjukkan kecenderungan bahwa kondisi split sleep menunjukkan parameter %miss dan >850ms yang lebih tinggi, meskipun perbedaannya tidak signifikan secara statistik. Sehingga dalam penelitian ini disimpulkan bahwa kondisi split sleep tidak disarankan untuk diterapkan oleh masinis karena terdapat indikasi kelelahan. Namun, apabila split sleep terpaksa diterapkan, perusahaan perlu memastikan masinis mendapatkan tidur dengan kualitas yang baik. Selain itu, perusahaan juga perlu memastikan masinis sudah terbangun setidaknya 15 menit sebelum waktu dinas.