digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sistem panas bumi Cangga-Puma terletak pada Kecamatan Hu’u, Kabupaten Dompu, Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Potensi panas bumi pada sistem ini ditemukan dari sumur pengeboran pada saat kegiatan eksplorasi mineral di lokasi yang sama dengan temperatur sekitar 200oC pada kedalaman sumur lebih dari 1000 m. Dari penemuan tersebut, maka dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mengetahui kondisi geologi bawah permukaan secara lebih detil. Kondisi bawah permukaan yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah litologi dan zona alterasi yang mencakup sejarah alterasi dan sejarah termal. Sumur yang digunakan pada penelitian ini adalah Sumur 082 dan Sumur 097 milik PT. Sumbawa Timur Mining (PT. STM) yang berada di sebelah utara Doro Wawosigi. Beberapa metode yang dilakukan adalah penginderaan jauh, analisis petrologi hand specimen dan petrografi sayatan tipis, analisis kelimpahan unsur kimia batuan, analisis kemunculan mineral dari data spektral, analisis inklusi fluida serta analisis data log sumur, yaitu log temperatur dan resistivitas. Penginderaan jauh dilakukan dengan menggunakan data LiDAR dengan resolusi 2 m. Analisis petrologi hand specimen dan petrografi sayatan tipis dilakukan pada inti bor dari kedua sumur yang digunakan untuk menentukan satuan litologi bawah permukaan dengan didukung oleh data kelimpahan elemen kimia immobile dari hasil analisis Inductively Coupled Plasma - Optical Emission Spectrometry (ICP-OES). Dari analisis tersebut, diinterpretasikan terdapat 7 satuan litologi yang ditemukan pada inti bor, yaitu Satuan Lava Andesit, Satuan Breksi Diatrema, Satuan Tuf Kristal, Satuan Sedimen Maar, Satuan Aliran Andesit Wawosigi, Satuan Breksi Vulkanik Wawosigi, serta Satuan Aliran Andesit Pure 2. Selain digunakan untuk menentukan satuan litologi bawah permukaan, analisis petrologi hand specimen dan petrografi sayatan tipis juga dilakukan untuk menentukan zona alterasi pada kedua sumur, yang didukung dengan data kemunculan mineral hasil analisis data spektral dari ASD-SWIR dan data kelimpahan elemen kimia mobile dari hasil analisis ICP-OES. Dari integrasi ketiga analisis tersebut, didapatkan 7 zona alterasi yaitu Zona Kuarsa Vuggy Residu, Zona Kuarsa + Alunit, Zona Monmorilonit + Kaolinit, Zona Kuarsa + Kaolinit + Dikit ± Alunit ± Pirofilit, Zona Klorit ± Kalsit ± Anhidrit, Zona Kuarsa + Serisit + Pirit ± Klorit, dan Kuarsa + Epidot + Klorit yang masing-masing memiliki kondisi pembentukan yang berbeda. Dari pengamatan yang dilakukan, juga ditemukan terdapat zona yang saling cetak tindih (overprinting) yang dapat mengindikasikan ada dua kejadian pembentukan zona alterasi yang berbeda pada suatu tempat yang sama. Analisis log resistivitas juga dilakukan, yang menghasilkan interpretasi bahwa hal yang memengaruhi nilai resistivitas pada kedua sumur adalah kelimpahan monmorilonit dan pirit. Analisis lain yang dilakukan adalah analisis inklusi fluida pada satu sampel urat kalsit yang hasilnya akan dibandingkan dengan data log temperatur sumur untuk mengetahui sejarah termal pada daerah penelitian. Dari analisis tersebut, didapati bahwa daerah penelitian telah mengalami penurunan temperatur atau pendinginan sebesar 48 hingga 73oC sejak urat kalsit tersebut terbentuk.