ABSTRAK M ILHAM CAHYA P 12017029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi COVER M ILHAM CAHYA P 12017029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 1 M ILHAM CAHYA P 12017029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 2 M ILHAM CAHYA P 12017029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 M ILHAM CAHYA P 12017029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 M ILHAM CAHYA P 12017029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 5 M ILHAM CAHYA P 12017029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 6 M ILHAM CAHYA P 12017029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 7 M ILHAM CAHYA P 12017029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi PUSTAKA Muhammad Ilham Cahya Pratama
PUBLIC Dedi Rosadi
Sistem panas bumi Cangga-Puma terletak pada Kecamatan Hu’u, Kabupaten Dompu, Pulau
Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Potensi panas bumi pada sistem ini ditemukan
dari sumur pengeboran pada saat kegiatan eksplorasi mineral di lokasi yang sama dengan
temperatur sekitar 200oC pada kedalaman sumur lebih dari 1000 m. Dari penemuan tersebut,
maka dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mengetahui kondisi geologi bawah permukaan
secara lebih detil. Kondisi bawah permukaan yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah
litologi dan zona alterasi yang mencakup sejarah alterasi dan sejarah termal.
Sumur yang digunakan pada penelitian ini adalah Sumur 082 dan Sumur 097 milik PT.
Sumbawa Timur Mining (PT. STM) yang berada di sebelah utara Doro Wawosigi. Beberapa
metode yang dilakukan adalah penginderaan jauh, analisis petrologi hand specimen dan
petrografi sayatan tipis, analisis kelimpahan unsur kimia batuan, analisis kemunculan
mineral dari data spektral, analisis inklusi fluida serta analisis data log sumur, yaitu log
temperatur dan resistivitas. Penginderaan jauh dilakukan dengan menggunakan data LiDAR
dengan resolusi 2 m. Analisis petrologi hand specimen dan petrografi sayatan tipis dilakukan
pada inti bor dari kedua sumur yang digunakan untuk menentukan satuan litologi bawah
permukaan dengan didukung oleh data kelimpahan elemen kimia immobile dari hasil analisis
Inductively Coupled Plasma - Optical Emission Spectrometry (ICP-OES). Dari analisis
tersebut, diinterpretasikan terdapat 7 satuan litologi yang ditemukan pada inti bor, yaitu
Satuan Lava Andesit, Satuan Breksi Diatrema, Satuan Tuf Kristal, Satuan Sedimen Maar,
Satuan Aliran Andesit Wawosigi, Satuan Breksi Vulkanik Wawosigi, serta Satuan Aliran
Andesit Pure 2. Selain digunakan untuk menentukan satuan litologi bawah permukaan,
analisis petrologi hand specimen dan petrografi sayatan tipis juga dilakukan untuk
menentukan zona alterasi pada kedua sumur, yang didukung dengan data kemunculan
mineral hasil analisis data spektral dari ASD-SWIR dan data kelimpahan elemen kimia
mobile dari hasil analisis ICP-OES. Dari integrasi ketiga analisis tersebut, didapatkan 7 zona
alterasi yaitu Zona Kuarsa Vuggy Residu, Zona Kuarsa + Alunit, Zona Monmorilonit +
Kaolinit, Zona Kuarsa + Kaolinit + Dikit ± Alunit ± Pirofilit, Zona Klorit ± Kalsit ± Anhidrit,
Zona Kuarsa + Serisit + Pirit ± Klorit, dan Kuarsa + Epidot + Klorit yang masing-masing
memiliki kondisi pembentukan yang berbeda. Dari pengamatan yang dilakukan, juga
ditemukan terdapat zona yang saling cetak tindih (overprinting) yang dapat mengindikasikan
ada dua kejadian pembentukan zona alterasi yang berbeda pada suatu tempat yang sama.
Analisis log resistivitas juga dilakukan, yang menghasilkan interpretasi bahwa hal yang
memengaruhi nilai resistivitas pada kedua sumur adalah kelimpahan monmorilonit dan pirit.
Analisis lain yang dilakukan adalah analisis inklusi fluida pada satu sampel urat kalsit yang
hasilnya akan dibandingkan dengan data log temperatur sumur untuk mengetahui sejarah
termal pada daerah penelitian. Dari analisis tersebut, didapati bahwa daerah penelitian telah
mengalami penurunan temperatur atau pendinginan sebesar 48 hingga 73oC sejak urat kalsit
tersebut terbentuk.