digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muh. Agung Murdifhi
PUBLIC Irwan Sofiyan

Geologi daerah Kabupaten Majene dan sekitarnya tersusun dari tiga kompleks gunung api dengan puluhan struktur geologi. Struktur geologi dapat aktif sewaktu-waktu akibat proses tektonik seperti dua gempa bumi besar yang terjadi pada tahun 1969 dan 1984 di daerah penelitian dengan M? 7,0. Pada 14 dan 15 Januari 2021 gempa bumi mengguncang Kabupaten Majene dengan M? 5,7 dan M? 6,2. Gempa bumi tersebut menghasilkan deformasi yang menimbulkan dampak kerusakan dan korban jiwa di daerah setempat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan fitur geologi dengan deformasi yang dihasilkan akibat gempa bumi. Mengingat wilayah yang luas disertai kondisi medan yang terjal, teknik penginderaan jauh diterapkan untuk pengamatan fitur geologi dan deformasi dengan memanfaatkan citra SAR (Synthetic Aperture Radar) Sentinel-1 SLC (Single Look Complex). Metode Yamaguchi diterapkan pada citra intensitas Sentinel-1 yang diintegrasikan dengan citra DEMNAS untuk identifikasi kelurusan struktur geologi dan interpretasi satuan vulkanostratigrafi berdasarkan batas morfologi. Selanjutnya, metode D-InSAR (Differential Interferometric Synthetic Aperture Radar) diterapkan pada pasangan data citra SAR untuk menghasilkan peta deformasi berupa interferogram. Interferogram orbit descending (16 dan 28 Januari 2021) menunjukkan deformasi maksimum hingga 8,35 cm dalam arah LOS (Line of Sight) di sekitar sesar Taan. Kemudian pada interferogram orbit ascending (26 Januari dan 7 Februari 2021) menunjukkan adanya deformasi hingga 10,43 cm dalam arah LOS di sekitar lokasi gempa bumi. Hasil unwrapping dari interferogram ascending menunjukkan deformasi yang semakin negatif di sekitar lokasi gempa bumi yang diinterpretasi sebagai subsidence. Pada interferogram descending menunjukkan deformasi semakin positif di sebelah timur sesar Taan dan Tandeallo, serta sebelah selatan sesar Ranteoda. Deformasi yang semakin positif diinterpretasi akibat pergerakan komponen naik dari sesar tersebut. Selain itu, kedua orbit dari interferogram menunjukkan deformasi cenderung terjadi di bagian barat yang didominasi batuan sedimen dibanding bagian timur yang didominasi batuan vulkaniklastik. Deformasi yang terdeteksi berada pada daerah koherensi tinggi seperti pada daerah vegetasi yang rendah. Hasil pengamatan D-InSAR menunjukkan deformasi berkorelasi dengan lokasi gempa bumi, jenis batuan, dan sesar.