digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Justin David I. S.
PUBLIC Alice Diniarti

Perkembangan pesawat listrik saat ini untuk mencapai sektor penerbangan yang lebih hijau dan bersih telah membuka banyak kemajuan teknologi. Salah satu teknologi yang paling menjanjikan adalah teknologi propulsi listrik terdistribusi (PLT) yang mendistribusikan banyak motor listrik di ujung depan sayap. Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh pesawat bermesin jamak adalah kasus kegagalan mesin. Dengan tantangan ini, pada pesawat dengan PLT, mengkompensasi dan mendistribusikan kembali perintah setiap motor secara efektif dan simultan sehingga momen yaw dari motor dapat seimbang dan pesawat dapat terbang secara simetris menjadi perhatian. Tidak hanya pesawat dapat terbang secara simetris, tetapi pengontrol otomatis untuk kecepatan dan ketinggian juga dapat berfungsi secara normal. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengatur distribusi perintahmotor dorong pada pesawat PLT dan mengevaluasi kinerja pengontrol otomatis, terutama ketika terjadi kegagalan motor dalam simulasi penerbangan longitudinal numerik. Usulan metode untuk memanajemen perintah kepada setiap motor adalah metode alokasi kontrol berbasis pemrograman linear (PL) dan pemrograman kuadratik (PK). Untuk mencapai target kecepatan dan ketinggian, dikembangkan pengatur kecepatan dan ketinggian menggunakan pengontrol berbasis PID. Simulasi penerbangan dibangun berdasarkan model longitudinal numerik ATR72-200 menggunakan Simulink. Berdasarkan hasil simulasi numerik, manajemen perintah motor dan aksi kompensasi ketika kegagalan terjadi berhasil dilakukan dalam mencapai tujuan simulasi dengan alokasi kontrol berbasis PL dan PK, sambil mempertahankan momen yaw nol. Alokasi kontrol berbasis PK cenderung menggunakan distribusi perintah yang lebih seimbang, dan lebih baik untuk diimplementasi pada PLT. Sementara itu, metode PL cenderung memerintahkan motor secara satu persatu. Ketika terjadi kegagalan motor, beberapa prestasi pelacakan referensi menurun karena gaya dorong yang lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh motor yang gagal dan aksi pembatasan dari alokasi kontrol yang berusaha mempertahankan momen yaw agar tetap nol.