digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Salah satu pekerjaan dalam mikroseismik adalah menentukan lokasi, dimana sebelumnya memerlukan waktu tiba gelombang P dan S di setiap kejadian gempa pada masing-masing stasiun. Data yang sangat banyak menyebabkan waktu pengolahan data yang panjang. Hal ini disebabkan karena akusisi data mikroseismik dilakukan dalam jangka waktu satu bulan atau lebih. Biasanya seismometer dipasang sesuai dengan desain akuisisi yang mengitari daerah prospek pada suatu lapangan panas bumi. Pada penelitian ini digunakan metode Template Matched Filter (TMF) dalam mencari keterdapatan event lalu metode Akaike Information Criteria (AIC) dalam menentukan waktu tiba gelombang P serta Differential Evolution (DE) dalam mengestimasi lokasi event mikroseismik. Berdasarkan langkah-langkah metode TMF ditemukan 270 potongan seismogram yang diduga terdapat event mikroseismik. Selanjutnya dari potongan-potongan tersebut dilakukan onset pick gelombang P menggunakan metode AIC. Kemudian dilakukan estimasi lokasi menggunakan metode DE dan diplot menggunakan GMT sehingga menghasilkan 106 event mikroseismik lokal. Pada tahap estimasi digunakan kecepatan gelombang P homogen yaitu 5 km/s. Perbandingan dengan pengolahan data manual menunjukkan bahwa jumlah event yang terdeteksi lebih banyak yang memberikan indikasi keunggulan pengolahan data otomatis. Lokasi event yang dihasilkan terbukti lebih akurat dan menggambarkan sesar yang paling aktif pada lapangan panas bumi ini yaitu Sesar Rancabali.