digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Susiyowati Indah Ayuni
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Susiyowati Indah Ayuni
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Susiyowati Indah Ayuni
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Susiyowati Indah Ayuni
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Susiyowati Indah Ayuni
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Susiyowati Indah Ayuni
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Susiyowati Indah Ayuni
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Susiyowati Indah Ayuni
PUBLIC Yoninur Almira


Mayoritas perkotaan di Indonesia tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir pantai, dimana kawasan perkotaan ini memiliki kerentanan terhadap risiko bencana yang lebih tinggi dibandingkan kawasan lain. Selain itu, sebagai lingkungan alamiah, kawasan pesisir sering juga dipengaruhi oleh perubahan baik itu proses alami maupun antropogenik. Perubahan baik yang disebabkan oleh sistem alami maupun manusia tersebut terkategori sebagai tekanan yang intens yang mampu mengubahnya menjadi ancaman bencana. Selain itu, berdasarkan data BNPB mayoritas kejadian bencana dengan frekuensi tinggi adalah bencana dengan tipologi hidro-meteorologi seperti banjir dan rob. Pada konteks perubahan iklim, penggenangan pesisir tidak hanya dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi, dan genangan akibat meluapnya aliran sungai tetapi juga karena banjir rob akibat kenaikan muka air laut. Tipe bencana ini menjadi ancaman terbesar karena frekuensinya yang tinggi dan menyebabkan kerugian cukup signifikan baik pada aspek lingkungan alamiah maupun terhadap permukiman dan masyarakat pesisir. Salah satu alternatif solusi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada adalah pengurangan risiko bencana dengan melalui solusi berbasis alam atau nature based-solution (NbS). Konsep solusi berbasis alam dimanfaatkan untuk menyelaraskan antara pendekatan implementasi rekayasa teknologi infrastruktur agar memberikan manfaat kepada masyarakat, mempertahankan dan menjaga keberlanjutan lingkungan alamiah. Salah satu kawasan pesisir yang memiliki ancaman tinggi terhadap penggenangan banjir dan rob di pesisir adalah Kota Semarang. Kawasan pesisir tersebut selain memiliki permasalahan terkait banjir dan rob juga memiliki isu terkait degradasi lingkungan. Di sisi lain, keberadaan pembangunan yang pesat di kawasan pesisir telah mengancam keberadaan ekosistem mangrove sebagai pelindung alami kawasan pesisir dari naiknya air laut dan gelombang. Disamping itu, ruang pada kawasan pesisir juga perlu dioptimalkan untuk alokasi ruang yang efektif. Pada akhirnya, tindakan risiko pengurangan bencana yang mempertimbangkan alokasi ruang sangat diperlukan karena ancaman bencana dengan dampak yang besar dapat mengancam masyarakat lokal dan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk identifikasi alokasi spasial yang efektif yang dimanfaatkan untuk strategi pengurangan risiko ancaman banjir dan rob melalui pendekatan nature-based solutions di kawasan pesisir Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitianii campuran yang mengtriangulasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Selanjutnya, metode analisis merupakan langkah lanjutan untuk mengolah data primer maupun sekunder yang telah diperoleh. Teknik analisis ini berguna merepresentasikan seluruh data yang didapat dengan bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis perubahan fisik alamiah, analisis perubahan genangan banjir dan rob, analisis efektivitas alokasi spasial, serta analisis kualitatif strategi pengurangan risiko banjir dan rob. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kawasan pesisir Kota Semarang memiliki perubahan garis pantai dan mangrove yang disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor manusia atau antropogenik dan faktor alami. Selanjutnya berdasarkan trend skenario perubahan genangan banjir dan rob dari tahun 2001 hingga proyeksi tahun 2031 terjadi peningkatan genangan banjir dan rob yang mendampak terhadap area abu-abu atau permukiman dan infrastruktur. Penggenangan banjir dan rob tersebut mengindikasikan tidak hanya berdampak terhadap alokasi spasial khususnya ruang abu namun juga berdampak terhadap perubahan kondisi fisik dan kerusakan ekosistem pesisir. Kemudian banjir dan rob berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan berbagai gangguan yakni gangguan ekonomi, kerusakan struktur bangunan, penyakit, kerusakan infrastruktur, gangguan layanan dasar hingga menyebabkan adanya evakuasi masyarakat. Lebih lanjut, hasil analisis efektivitas alokasi spasial didapati bahwa efektivitas alokasi mengalami degradasi seiring berjalannya waktu. Artinya, perubahan tingkat efektivitas alokasi spasial seiring waktu bergerak pada kondisi yang semakin tidak efektif. Oleh karena itu strategi hibrid menjadi alternatif selain untuk mengatasi pengenangan banjir dan rob juga untuk mengefektifkan alokasi spasial di kawasan pesisir Kota Semarang. Strategi ini terpilih didasarkan persepsi pengampu kepentingan dan juga pada adanya keterbatasan implementasi ruang abu bersamaan dengan kebutuhan permukiman sejalan dengan peningkatan penduduk yang tidak dapat dihindari. Sehingga pembangunan infrastruktur abu-abu sangat terbatas dan bisa jadi memberikan dampak negatif di masa mendatang, namun di lain sisi apabila hanya mengandalkan proses alami tidak akan optimal, terlebih ruang-ruang terbuka baik ruang hijau dan ruang biru belum diprioritaskan dibandingkan dengan ruang abu. Sehingga, kombinasi ketiganya penting dilakukan juga dengan penggunaan teknologi yang saat ini sudah berkembang untuk menciptakan keseimbangan antara alam dan aktivitas manusia, guna mencapai kesejahteraan masyarakat dan kelestarian ekosistem.