digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Naufal Rabbani Priyandianto
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Naufal Rabbani Priyandianto
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Naufal Rabbani Priyandianto
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Naufal Rabbani Priyandianto
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Naufal Rabbani Priyandianto
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Naufal Rabbani Priyandianto
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Naufal Rabbani Priyandianto
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Naufal Rabbani Priyandianto
PUBLIC Yoninur Almira

Selama lebih dari 2 (dua) dekade, sistem transportasi kota berkembang menjadi lebih bergantung pada kendaraan bermotor pribadi di DKI Jakarta. Dimana 75% dari 27,5 juta perjalanan penduduk/hari menggunakan sepeda motor (50,8%) dan mobil (23,9%). Tingginya tingkat perjalanan kendaraan bermotor secara konsisten menimbulkan dampak yang terjadi, seperti meningkatnya kebutuhan jalan yang akan menghilangkan kebutuhan ruang untuk moda transportasi lainnya, pola penggunaan lahan yang semakin tidak efektif, kemacetan lalu lintas, polusi udara yang meningkat hingga kesehatan penduduk yang menurun. Oleh karena itu, kini DKI Jakarta telah beradaptasi dalam pengembangan transportasi di masa mendatang dengan merubah paradigma dengan memprioritaskan transportasi aktif (berjalan kaki dan bersepeda) pada urutan pertama, kedua transportasi umum massal, ketiga kendaraan bebas emisi. DKI Jakarta berencana untuk mengurangi penggunaan mobil dan motor pribadi dengan mengembangkan transportasi berkelanjutan, terutama integrasi moda perjalanan aktif dengan angkutan umum. Bahkan, DKI Jakarta terus meningkatkan investasi dalam pembangunan infrastruktur transportasi aktif di sekitar kawasan simpul transportasi umum, seperti halte Bus Transjakarta, stasiun Mass Rapid Transit (MRT) dan Kereta. Beberapa penelitian empiris tentang dampak pandemi COVID-19 pada bidang transportasi menunjukkan bahwa terjadi penurunan besar dalam mobilitas merubah signifikan pola perjalanan moda dari angkutan umum ke peningkatan penggunaan mobil dan motor kembali, serta transportasi aktif. Hal ini terjadi dengan kenaikan angka penggunaan sepeda rata-rata sebesar 150% dan kenaikan signifikan rata-rata pejalan kaki sebesar 55%. Fenomena ini dianggap sebagai kultur mobilitas dan gaya hidup normal baru. Terbatasnya pilihan moda transportasi, kekhawatiran terhadap penyebaran virus, serta pentingnya kesehatan (daya tahan tubuh) menjadi alasan utama transportasi aktif sebagai pilihan utama untuk melakukan perjalanan, terutama dalam konteks first last mile. Eksistensi transportasi aktif dan pemulihan kembali transportasi publik menjadi upaya untuk mengurangi ketergantungan pada mobil dan motor. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki peluang penggunaan moda transportasi aktif untuk perjalanan first-last mile. Penelitian ini menggunakan metode campuran, yaitu metode kualitatif dan iii kuantitatif dalam proses pengumpulan data dan analisisnya yang bertujuan memberi gambaran secara cermat tentang keadaan dan kondisi yang terjadi dengan teknik pengumpulan data melalui 3 cara, yaitu literature review, observasi dan kuesioner. Penelitian ini akan mengeksplorasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan moda transportasi dengan menggunakan analisis regresi logistik biner. Berdasakan analisis yang dilakukan terdapat peubahan pola perilaku perjalanan masyarakat sebelum dan selama Pandemi COVID-19 terutama untuk aktivitas bekerja dan sekolah berganti berbelanja dan berolahraga. Frekuensi dan moda perjalanan individu pun mengalami perubahan signifikan sekitar 55%, dimana sebelum pandemi masyarakat melakukan perjalanan 5-6 kali seminggu dengan moda transportasi umum, sementara selama pandemi masyarakat melakukan perjalanan 1-2 kali seminggu dengan moda transportasi pribadi. Pada perjalanan first-last mile, sebanyak 60% masyarakat memilih menggunakan moda transportasi bermotor untuk perjalanan awal atau first mile karena pertimbangan cepat dan jarak, sedangkan perjalanan akhir atau last mile sebanyak 65% memilih transportasi aktif karena pertimbangan mudah, murah, sehat dan jarak. Temuan dari hasil karakteristik dan pola perjalanan masyarakat pada situasi sebelum dan selama pandemi COVID-19, kemudian menjadi faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam analisis korelasi yang dilakukan. Berdasasarkan hasil analisis korelasi tersebut, terdapat 7 faktor pertimbangan pemilihan moda perjalanan awal atau first mile dengan probilitas transportasi aktif sebesar 22,60% dan terdapat 11 faktor pertimbangan pemilihan moda perjalalan akhir atau last mile dengan probabilitas transportasi aktif sebesar 88,03%