digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Lupita Lestari
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Lupita Lestari
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Lupita Lestari
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Lupita Lestari
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Lupita Lestari
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Lupita Lestari
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Lupita Lestari
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Lupita Lestari
PUBLIC Alice Diniarti

Kegiatan budidaya merupakan tumpuan produksi perikanan darat. Sayangnya kegiatan budidaya perikanan darat tidak ditopang oleh kualitas dan kuantitas air yang memadai. Budidaya di kolam air deras berkurang jumlahnya sebesar 0,95% per tahun akibat tidak terpenuhinya kuantitas air terutama di musim kemarau. Sedangkan untuk budidaya di keramba jaring apung (KJA) sendiri seringkali ikan mengalami kematian masal karena rendahnya kualitas air. Studi ini bertujuan untuk menganalisis kondisi kualitas dan kuantitas air perikanan darat di Citarum Hulu serta mengevaluasinya agar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tumbuh kembang ikan pada budidaya perikanan darat. Analisis kualitas air dengan pengukuran pada 5 parameter kunci yaitu suhu, pH, TDS (Total Dissolve Solid), TSS (Total Suspended Solid), dan 3B (tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa) pada 5 titik sampel yaitu Teras Cikapundung (Hujan/Banjir), Sungai Cikapundung – Jembatan Suralaya (Kemarau/Kering), Sungai Cikapundung – Jembatan BKR (Hujan/Banjir), Sungai Ciwidey (Kemarau/Kering), dan Teras Cikapundung (Kemarau/Kering). Hasil penelitian ini menunjukkan sampel dari semua titik mendapatkan status layak pada parameter suhu dan TDS (Total Dissolve Solid). Sedangkan untuk parameter pH, sampel dari Sungai Ciwidey (Kemarau/Kering) dan Teras Cikapundung (Kemarau/Kering) termasuk tidak layak, hal ini kemungkinan karena sampel diambil pada saat kemarau atau sungai kering yang menyebabkan nilai pH menjadi lebih rendah. Untuk parameter TSS (Total Suspended Solid) sendiri, semua sampel termasuk dalam katergori tidak layak tetapi yang paling buruk adalah sampel dari Sungai Cikapundung – Jembatan BKR (Hujan/Banjir). Untuk pengujian secara kualitatif atau 3B (tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa) yang mendapatkan skor tertinggi adalah Sungai Ciwidey dengan 80%, sedangkan yang mendapatkan skor terendah adalah Sungai Cikapundung – Jembatan BKR (Hujan/Banjir) dengan 53,33%. Untuk kuantitas air sendiri, Sungai Citarum belum termasuk sungai sehat karena rasio debit pada tahun 2021 melebihi 40.