ABSTRAK Almira Amalia
PUBLIC Yoninur Almira BAB 1 Almira Amalia
PUBLIC Yoninur Almira BAB 2 Almira Amalia
PUBLIC Yoninur Almira BAB 3 Almira Amalia
PUBLIC Yoninur Almira BAB 4 Almira Amalia
PUBLIC Yoninur Almira BAB 5 Almira Amalia
PUBLIC Yoninur Almira BAB 6 Almira Amalia
PUBLIC Yoninur Almira PUSTAKA Almira Amalia
PUBLIC Yoninur Almira LAMPIRAN Almira Amalia
PUBLIC 
Perubahan muka air laut merupakan dampak langsung dari perubahan iklim dan
mempengaruhi berbagai sektor ekonomi termasuk sektor pariwisata. Studi
terdahulu menunjukan bahwa dengan kenaikan muka laut sebesar 0,5-1 meter,
dapat membuat wilayah pesisir dan pulau kecil kehilangan lahan sehingga dapat
mengalami kerugian ekonomi terutama pada daerah yang mengandalkan pariwisata
akibat hilangnya kawasan wisata pantai dan rekreasi. Di Indonesia, peningkatan
muka air laut mencapai 0,7-1,2 cm/tahun berisiko tinggi terhadap sektor pariwisata
terutama wisata pantai dan bahari. Kabupaten Pesawaran khususnya di Kecamatan
Teluk Pandan merupakan salah satu kawasan yang memiliki berbagai atraksi wisata
yang terdiri dari kawasan pesisir dan pulau kecil juga turut terancam akibat
kenaikan permukaan air laut. Dalam menghadapi dampak kenaikan muka air laut,
strategi adaptasi yang tepat diperlukan agar berbagai pemangku kepentingan pada
destinasi wisata pesisir dan bahari dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan
potensi kerusakan, mengatasi konsekuensi, dan memanfaatkan peluang dari adanya
fenomena kenaikan permukaan air laut. Beberapa studi strategi adaptasi perubahan
iklim saat ini masih berfokus pada sektor lain seperti sektor pertanian pertanian,
infrastruktur, kesehatan dan lain sebagiannya dengan ancaman perubahan iklim
lainnya seperti perubahan curah hujan yang menyebabkan bencana banjir ataupun
kekeringan. Namun, belum banyak penelitian yang menujukkan berbagai pilihan
strategi adaptasi perubahan iklim khususnya akibat dampak kenaikan muka air laut
dan pariwisata sebagai sektor terdampak . Untuk itu tujuan penelitian ini adalah
untuk merumuskan strategi adaptasi kenaikan muka air laut pada 7 destinasi wisata
pesisir dan bahari yang terdiri dari 3 destinasi pantai, 3 destinasi pulau kecil dan 1
destinasi hutan mangrove. Pada studi ini metode pengumpulan data wawancara
terhadap sembilan narasumber serta kajian dari berbagai dokumen dan data
statistik. Analisis deskriptif kualitatif dan analisis risiko dengan
mempertimbangkan komponen bahaya, kerentanan serta keterpaparan digunakan
pada studi ini. Perumusan strategi adaptasi dilakukan melalui identifikasi dampak,
perhitungan risiko serta mempertimbangkan kerangka kerja resiliensi destinasi
wisata. Studi ini menemukan bahwa dampak kenaikan muka air laut yang
teridentifikasi pada tujuh destinasi wisata berupa bahaya banjir rob dan abrasi yang
menyebabkan dampak langsung dan tidak langsung baik berupa kerusakan
infrastruktur, kerugian ekonomi hingga kerusakan lingkungan. Hasil perhitungan
risiko melalui komponen bahaya, kerentanan dan keterpaparan menunjukan hasil
bahwa terdapat 2 destinasi wisata dengan risiko tinggi dan 5 destinasi wisata dengan
risiko sedang. Hal tersebut dikarenakan tingginya tingkat ancaman, keterpaparan
dan sensitivitas namun tidak diimbangi dengan kapasitas adaptif. Arahan kebijakan
daerah Kabupaten Pesawaran untuk mengkonsentrasikan pembangunan pariwisata
di Kecamatan Teluk Pandan juga memperkuat pentingnya upaya adaptasi kenaikan
muka air laut pada sektor pariwisata. Dengan demikian telah dirumuskan 19 strategi
untuk pemerintah, 17 strategi untuk pengelola destinasi wisata, 9 strategi untuk
masyarakat dan 5 strategi melalui inovasi teknologi. Strategi-strategi tersebut
diantaranya meliputi perencanaan penanggulangan bencana, pengelolaan
lingkungan, melakukan diversifikasi pekerjaan dan produk wisata, membangun
infrastruktur yang adaptif serta meningkatkan kesadaran masyarakat. Studi ini
berguna sebagai masukan dan rekomendasi bagi berbagai pihak dalam rangka
adaptasi dan mitigasi terhadap bencana yang ditimbulkan akibat dampak perubahan
iklim khususnya kenaikan muka air laut pada destinasi wisata.