digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kenyamanan menjadi salah satu aspek yang sangat mempengaruhi penggunaan ruang terbuka publik. Di ruang terbuka publik, manusia terpapar oleh stimulus multisensori, sehingga persepsi nyaman pun dipengaruhi oleh beragam stimulus yang diterima. Aspek fisis aural, termal, dan visual merupakan stimulus utama yang umum ditemukan di lingkungan binaan. Namun, interaksi antara ketiga aspek tersebut secara simultan dan bagaimana hal itu mempengaruhi kenyamanan secara keseluruhan, terutama untuk kondisi di ruang terbuka publik di Indonesia belum diketahui sepenuhnya. Penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM) untuk memodelkan interaksi antara aspek aural, termal, dan visual di ruang terbuka publik di Kota Bandung dengan mengamati variabel fisis lingkungan dan persepsi dari pengguna ruang. Penelitian dilakukan dengan eksperimen lapangan dan laboratorium mengunakan lingkungan virtual. Uji validitas ekologis, validitas internal, dan validitas konstruk menunjukkan bahwa untuk kondisi lingkungan yang sama, lingkungan virtual mampu menghasilkan persepsi yang sama dengan lingkungan riil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat faktor yang menjelaskan persepsi multisensori di ruang terbuka publik, meliputi Kenyamanan, Kualitas Visual, Persepsi Aural, dan Persepsi Termal. Model SEM menunjukkan beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamanan di ruang terbuka publik Kota Bandung antara lain peneduh, iklim mikro, angin, dan kebisingan. Hubungan multisensori juga tampak pada model SEM yaitu antara aspek aural-visual dan visual-termal. Perubahan pada aspek termal memberikan efek perubahan yang paling besar terhadap kenyamanan diikuti dengan aspek aural dan visual. Nilai Kenyamanan optimum di ruang terbuka publik dapat dipengaruhi oleh kondisi variabel-variabel objektif sebagai berikut: SVF maksimum 50%, Tree coverage 45-55% dapat meningkatkan kenyamanan, temperatur udara maksimum 300C dengan rentang nilai RH pada 65-70%, ada Angin, L90 maksimum 60 dBA.