digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Tiara Pradipta Achmad
PUBLIC Dewi Supryati

Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor industri yang memberikan kontribusi terbesar bagi perekonomian nasional. PT X merupakan satu-satunya perusahaan yang mengelola industri minyak dan gas bumi di Indonesia. Salah satu wilayah operasional PT X terletak di provinsi Kalimantan Barat yang pada tahun 2020 membutuhkan pasokan BBM sebesar 2,16% dari total permintaan BBM di Indonesia walaupun jumlah penduduk Kalimantan Barat hanya 1,98% dari populasi Indonesia. Saat ini, pola pasokan BBM di Kalimantan Barat sudah tidak relevan terhadap peningkatan permintaan yang terjadi. Selain itu, harus dipertimbangkan pula kondisi geografis wilayah kajian. Maka dari itu, perlu dilakukan optimalisasi jaringan rantai pasok BBM di Kalimantan Barat yang mempertimbangkan kuantitas permintaan dan kondisi geografis saat ini. Dalam penelitian ini, dibangun sebuah model optimalisasi jaringan rantai pasok menggunakan pendekatan pemrograman linier untuk menentukan volume aliran produk dan alokasi moda transportasi sehingga diperoleh biaya transportasi minimum. Keputusan yang dihasilkan berada pada level taktikal untuk perencanaan pola pasokan selama satu tahun. Nilai parameter model ditentukan berdasarkan data pengelolaan rantai pasok di Kalimantan Barat yang diperoleh dari Direktorat Logistik dan Infrastruktur PT X. Untuk mengakomodasi variasi kondisi perairan, dipertimbangkan pula kesesuaian draf kapal dengan kedalaman perairan sebagai parameter model. Model dijalankan menggunakan PuLP, sebuah package untuk menyelesaikan model pemrograman linier berbasis bahasa pemrograman Python. Penelitian ini menghasilkan sebuah model optimalisasi jaringan rantai pasok BBM yang telah mengakomodasi kesesuaian draf kapal dengan draf perairan. Hasil pemodelan memberikan solusi optimal dengan penghematan sebesar 26,96% dari total biaya transportasi saat ini. Efisiensi tersebut dicapai dengan penurunan jumlah titik pasokan dari 12 titik menjadi 7 titik; penurunan jumlah titik permintaan yang dilayani oleh setiap depot; serta penurunan jumlah kendaraan yang dibutuhkan dari 43 kapal menjadi 18 kapal dan 61 truk menjadi 43 truk.