digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Irfan Hanif
PUBLIC Irwan Sofiyan

Cekungan Sumatera Selatan sebagai penyedia cadangan hidrokarbon utama di Indonesia menjadi salah satu objek penting dalam pengembangan sumber minyak dan gas bumi. Pengetahuan tentang sejarah pemendaman dalam analisis pemodelan cekungan dan kematangan batuan induk pada cekungan ini dapat membantu dalam upaya pengembangan lapangan minyak dan gas bumi. Area Blok Jambi Merang yang merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Selatan telah cukup memadai dalam ketersediaan data untuk dilakukan integrasi yang dapat menghasilkan sebuah model cekungan dan kematangan berdasarkan analisis sejarah pemendaman. Penelitian ini memanfaatkan lima data sumur disertai data geokimia untuk mengidentifikasi batuan induk. Pengolahan dilengkapi dengan analisis data biomarker untuk menentukan asal lingkungan pengendapan dan korelasi sampel ekstrak bitumen dengan sampel minyak. Hasil analisis data ini selanjutnya akan diintegrasikan bersama data log sumur dan biostratigrafi dalam proses pengolahan pemodelan cekungan dan kematangan batuan induk. Karakteristik batuan induk hasil penelitian menunjukkan bahwa Formasi Talangakar sebagai batuan induk yang potensial dengan nilai TOC yang buruk hingga luar biasa (0.27-89%), tipe kerogen II dan III cenderung menghasilkan minyak dan gas, telah memasuki fase belum hingga akhir matang dengan nilai pantulan vitrinit (0.34-1.3%). Hasil analisis biomarker, menyatakan bahwa Formasi Talangakar berasal dari lingkungan laut dengan material organik yang dipengaruhi oleh campuran material darat dan laut. Simplifiksi pemodelan cekungan dan kematangan batuan induk menyimpulkan bahwa Formasi Talangakar sebagai batuan induk, saat ini telah memasuki fase puncak matang pada area Sumur AI-1 sejak 12.5 Ma di kedalaman 1514 m, pada area Sumur AI-2 sejak 13.8 Ma di kedalaman 1754 m, pada area Sumur AI-3 sejak 1.2 Ma di kedalaman 2206 m, dan pada area Sumur AI-5 sejak 12.5 Ma di kedalaman 1717 m. Formasi Talangakar pada area Sumur AI-4 belum dapat berperan sebagai batuan induk, saat ini sebagian besar belum memasuki fase matang karena pengaruh dari event tektonik regional terakhir pada Plio-Pleistosen.