digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak: Salah satu sifat unik mtDNA adalah laju mutasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan DNA inti. Laju mutasi mtDNA yang tinggi menyebabkan adanya perbedaan urutan nukleotida mtDNA antar individu (tingkat polimorfisme yang tinggi). Pada mtDNA terdapat daerah pengontrol yang tidak mengode (noncoding region), yang dikenal dengan daerah displacement loop (D-loop) yang memiliki dua daerah dengan variasi yang tinggi yaitu hypervariable region I (HVR I) dan hypervariable region II (HVR II). Namun belum ada informasi apakah urutan nukleotida D-loop mtDNA sama untuk sel-sel yang berbeda pada individu tertentu. Demikian juga belum ada informasi mengenai pertanyaan di atas yang berkaitan dengan umur yang berbeda. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi urutan nukleotida daerah D-loop mtDNA sel yang berbeda pada tiap individu untuk lima individu dengan umur berbeda. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi penyiapan templat mtDNA dengan cara lisis sel. Amplifikasi fragmen D-loop mtDNA dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan primer M1 dan HV2R. Analisis hasil PCR dengan bantuan elektroforesis gel agarosa menggunakan standar pUC19 yang dipotong-potong oleh enzim restriksi HinfI (pUC19/HinfI). Selain itu, penentuan urutan nukleotida dengan metode dideoksi Sanger menggunakan primer M1 dan M2, analisa mutasi dengan bantuan program Seqman DNASTAR dengan cara membandingkan urutan nukleotida sampel dengan Cambridge Reference Sequence (CRS). Cara tersebut memberikan informasi tentang jumlah, jenis, dan posisi mutasi pada tiap sampel. Sampel yang dianalisis sebanyak dua belas sel yang berbeda (darah, epitel, dan rambut) berasal dari lima individu dengan umur berbeda (10, 20, 30, 40, dan 80 tahun). Amplifikasi PCR berhasil diamati pada gel agarosa sebagai pita tunggal DNA yang diperkirakan berukuran 1 kb untuk semua sampel. Urutan nukleotida, dalam bentuk elektroforegram, menunjukkan bahwa tujuh sampel (dari tiga individu) dan lima sampel (dari dua individu) masing-masing berjumlah 200 dan 600 pasang basa, dan totalnya berjumlah kurang lebih 5.500 pasang basa, telah berhasil diperoleh. Hasil analisis urutan nukleotida menggunakan program seqman DNASTAR dengan CRS sebagai rujukan menunjukkan bahwa untuk tiga sel yang berbeda, yaitu sel darah, sel epitel, dan sel rambut, pada individu berumur 30 tahun dan 40 tahun, posisi dan jenis mutasi masing asing individu tersebut adalah sama. Sementara itu, analisis urutan nukleotida sel darah dan sel rambut individu berumur 10, 20, dan 80 tahun juga menunjukkan posisi dan jenis mutasi yang sama. Dengan demikian, urutan nukleotida D-loop mtDNA pada sel berbeda yaitu sel darah, epitel, dan rambut untuk tiap individu menunjukkan mutasi yang sama. Hal ini disebabkan karena sel-sel tersebut bersumber dari satu sel telur yang memiliki satu jenis mtDNA kemudian terdiferensiasi seiring dengan perkembangan embrio. Pada fase perkembangan selanjutnya menjadi manusia dewasa, diferensisasi ini tidak menyebabkan adanya perubahan pada urutan nukleotida mtDNA pada sel darah, epitel, dan rambut dalam satu individu. Dengan demikian, ketiga jenis sel tersebut dapat dikatakan mewakili keseluruhan jenis sel yang ada pada tubuh manusia. Atas dasar hal-hal di atas, dapat diusulkan untuk menggunakan salah satu dari sel rambut atau darah atau epitel dalam keperluan forensik oleh karena urutan nukleotida D-loop mtDNA sama pada ketiga sel tersebut untuk berbagai individu dengan umur berbeda. Diharapkan, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memudahkan proses identifikasi dalam bidang forensik.