digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pulau Sumatera berada pada zona pertemuan lempeng tektonik aktif antara lempeng Indian-Australia dan lempeng Sunda yang bersifat oblique. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya banyaknya gempa megathrust (Mw>7.5) disepanjang subduksi Sumatera yang mampu mengubah tegasan in-situ, baik sepanjang subduksi maupun sesar Sumatera (GSF). Perubahan tegasan tersebut dapat meningkatkan tegasan di beberapa segmen sesar Sumatera mendekati titik kritis. Pada penelitian ini, dilakukan investigasi dan analisis variasi tegasan untuk premainshock dan post-mainshock gempa megathrust 2004 dan 2005 di busur muka bagian luar Sumatera menggunakan 330 data mekanisme fokus dari Juni 1976 hingga Agustus 2017. Selain itu juga, dilakukan pemodelan tegasan Coulomb akibat gempa megathrust di GSF menggunakan model slip dari penelitian sebelumnya dan estimasi laju peningkatan tegasan tektonik di GSF dihitung berdasarkan kasus tanpa sliver movement dan dengan sliver movement. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya rotasi tegasan di busur muka Sumatera. Secara spesifik, hasil dari rotasi tegasan berhasil menunjukkan keberadaan mengenai studi rupture barrier dibawah Pulau Simeulue yang memisahkan zona rupture gempa 2004 dan 2005. Lebih lanjut, analisis rotasi tegasan mengindikasikan bahwa rasio pelepasan tegasan gempa 2004 lebih besar dibandingkan gempa 2005. Tegasan Coulomb gempa megathrust dan laju peningkatan tegasan tektonik dilakukan untuk memodelkan evolusi perubahan tegasan di GSF. Laju peningkatan tegasan tektonik untuk kasus dengan sliver movement adalah model yang paling sesuai dan konsisten dengan data GPS dan laju geser di GSF. Analisis dari model evolusi perubahan tegasan di GSF menunjukkan laju peningkatan tegasan tektonik yang tinggi di GSF dan mengindikasikan bahwa laju tegasan tektonik memegang peran yang lebih dominan dibandingkan gempa megathrust dalam mengontrol gempa besar darat di GSF untuk terjadi. Model evolusi perubahan tegasan di GSF menjelaskan bahwa kondisi tegasan pada segmen Musi-Manna telah melebihi kondisi tegasan tertinggi sebelum gempa besar darat terdahulu terjadi sehingga meningkatan potensi bahaya seismik di segmen tersebut. Penelitian ini menunjukkan bahwa gempa megathrust mengubah kondisi tegasan pre-seismic di busur muka Sumatera hingga lebih dari 30°. Selain itu, dikarenakan nilai laju tektonik yang relatif besar (~17 KPa/tahun) sehingga tegasan tektonik berperan dalam mengontrol tegasan geser di GSF hingga mencapai failure, menghasilkan gempa besar. Sesuai dari hasil penelitian ini, diperlukan evaluasi lebih lanjut mengenai potensi bahaya gempa bumi di GSF, khusunya bagian selatan GSF