digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Vini Putriani Lukman
PUBLIC Alice Diniarti

Sumedang Selatan merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Sumedang yang sering mengalami kejadian longsor. BPBD Kabupaten Sumedang melaporkan bahwa pada tahun 2021 teridentifikasi sebanyak 18 titik longsor di sepanjang tebing mulai dari Desa Cipancar hingga menuju Desa Baginda. Dalam rangka mendukung upaya mitigasi bencana longsor, perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat bahaya longsor dan kestabilan tebing yang ada di kawasan sempadan sungai. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat bahaya longsor dan stabilitas tebing kawasan sempadan sungai Cihonje. Lokasi penelitian berada pada kawasan Sungai Cihonje yang termasuk ke dalam wilayah sub DAS Cipeles, DAS Cimanuk, mencakup 4 desa yaitu Desa Citengah, Cipancar, Gunasari, dan Baginda dengan luas daerah kajian sekitar 140,37 ha. Penelitian ini didekati dengan metode Indeks Storie untuk menentukan tingkat bahaya longsor secara spasial dan metode kesetimbangan batas Bishop melalui software Slide untuk menentukan nilai Faktor Keamanan (FK) guna memperoleh informasi tentang stabilitas kondisi tebing pada kawasan sempadan sungai. Parameter pengukuran Indeks Storie menggunakan data penggunaan lahan, kelerengan, intensitas curah hujan dan jenis tanah yang diberikan skor dan di-overlay sehingga menghasilkan peta tingkat bahaya longsor. Parameter stabilitas tebing diperoleh melalui pengukuran geometri lereng, penimbangan bobot isi tanah, dan pemetaan geologi pada 8 titik sampel. Sebagian besar kawasan sempadan Sungai Cihonje memiliki tingkat bahaya longsor sedang hingga tinggi. Data luas kawasan yang termasuk kelas sedang, tinggi dan sangat tinggi berturut-turut adalah 79,49 ha (59,34%), 50,62 ha (37,79%), 2,48 ha (1,85%) dan hanya 1,36 ha (1,02%) yang termasuk kelas rendah. Penilaian kestabilan tebing mendapatkan hasil berupa 3 titik dengan lereng stabil (FK: 4,089; 4,038; 2,576), 3 titik dengan lereng kritis (FK: 1,249; 1,196; 1,174) dan 2 titik dengan lereng labil (FK: 0,927; 0,727). Secara umum areal-areal dengan kategori lereng kritis dan labil cenderung lebih banyak terjadi pada bagian hulu. Hasil penilaian kestabilan tebing memperkuat hasil penilaian tingkat bahaya longsor. Kawasan dengan tingkat bahaya longsor yang semakin tinggi memiliki kondisi lereng yang juga semakin kritis dan labil.