digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Mohammad Eqbal Amiri
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Isu mengenai perubahan iklim dan pemanasan global terjadi dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan industri yang pesat mengakibatkan terjadinya polusi udara dan pelepasan sejumlah CO2 ke atmosfer semakin banyak. fenomena ini banyak teradi khususnya pada daerah perkotaan terutama yang memiliki banyak kawasan industri, hal ini ditunjukkan dengan fenomena daerah perkotaan yang menjadi semakin panas dari pada kawasan pedesaan (fenomena ini dikenal dengan istilah Pulau Panas Perkotaan (UHI). Banyak penelitiana sudah dilakukan oleh para peneliti dari berbagai macam latar belakang untuk mengatasi masalah seputar isu pemanasan global ini. Penelitian tersebut menghasilkan banyak konsep desain seperti climate sensitive urban design (CSUD), strategi mitigasi, dan lain sebagainya. Studi ini mengambil lokasi yang terletak di Kota Tanggerang yang berlokasi dekat dengan Bandara Soekarno Hatta, bandara ini merupakan pusat penerbangan Indonesia yang tentunya mendukung berbagai macam kegiatan dan memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian di Indonesia. untuk menjawab berbagai macam permasalahan terkait dengan kondisi termal yang menjadi penyebab ketidaknyamanan pada kawasan perkotaan, sebelum mengembangkan sebuah kawasan sangat disarankan untuk mempertimbangkan aspek iklim mikro lingkungan dan memprediksi kondisi kawasan tersebut. penerapan konsep CUSD dan Envi met dilakukan untuk mensimulasikan dan membuat model kondisi ilkim mikro dari dua lokasi yang memiliki berbagai macam skenario berbeda. beberapa upaya desain yang ramah terhadap kondisi ilkim mikro bisa dilakukan dengan menyelaraskan orientasi bangunan dengan arah angin, mengatur naik turunnya permukaan bangunan dan penerapan bukaan yang diterapkan pada skenario 1, memanjangkan bangunan bagian timur-barat, mengatur naik turunnya permukaan bangunan yang berorientasi utara-selatan untuk mengurangi radiasi matahari pada fasad bangunan, dan sungai dimanfaatkan untuk jalur matahari diterapkan pada skenario 2. pada bangunan kosong, naik turunnya permukaan bangunan menunjukkan hasil yang lebih baik pada aspek kecepatan angin dan kelembapan relatif besar diterima oleh reseptor yang berada di dekat bangunan. dalam kasus skenario 2 menunjukkan hasil yang relatif lebih rendah dalam aspek kecepatan angin dan kelembapan yang diterima oleh reseptor. namun skor pada suhu udara pada kedua skenario menunjukkan kinerja yang sama dengan beberapa perbedaan yang dapat diabaikan dan skor dari PMV sedikit lebih tinggi pada skenario 2.