digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak : Tingkat konsumsi susu di Indonesia saat ini yaitu sebesar 7 liter/kapita ini dapat dikatakan sangat rendah, walaupun jika hanya dibandingkan dengan sesama negara Asia lainnya. Hal ini dapat terjadi karena sangat sedikitnya jumlah orang yang sudah sadar akan pentingnya minum susu dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini. Kondisi seperti ini menyebabkan para produsen susu yang ada di Indonesia harus bekerja keras untuk dapat membuat masyarakat Indonesia ini menjadi konsumen susu. Kondisi tersebut semakin menyulitkan bagi produsen susu cair, khususnya PT Ultrajaya, karena adanya fenomena bahwa masyarakat Indonesia lebih memilih mengkonsumsi susu bubuk dibandingkan dengan susu cair. Setelah dilakukan eksplorasi isu bisnis diketahui bahwa rendahnya konsumsi susu di Indonesia, khususnya untuk susu cair, dapat terjadi karena adanya masyarakat Indonesia ini memiliki persepsi yang salah mengenai susu cair. Berdasarkan isu bisnis yang ada dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan konsumsi susu cair di Indonesia, pihak produsen harus aktif dalam mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya minum susu, dan juga dalam mengubah persepsi masyarakat terhadap susu cair yang salah. Oleh sebab itu diperlukan suatu strategi komunikasi pemasaran yang sesuai dan dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Sebelum menyusun strategi komunikasi pemasaran tersebut perlu diketahui terlebih dahulu siapa yang harus menjadi sasaran edukasi, bagaimana cara menyampaikan edukasi yang hendak dilakukan sehingga dapat diterima, serta apa yang menjadi peluang dan tantangannya.Pada proyek akhir ini dilakukan pengumpulan serta analisis data untuk menjawab hal-hal tersebut. Berdasarkan hasil analisis data yang ada dapat ditarik kesimpulan bahwa target edukasi yang sesuai adalah segmen mahasiswi. Setelah dilakukan survei, salah satu persepsi mahasiswi terhadap susu cair yang salah adalah susu cair dianggap tidak cukup untuk mencegah osteoporosis. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan melakukan edukasi, dengan strategi komunikasi pemasaran yang sesuai dan dapat diterima oleh target edukasi. Agar strategi komunikasi pemasaran ini dapat diterima oleh target edukasi, maka strategi ini harus dilakukan berdasarkan atribut-atribut pembentuk kepercayaan target edukasi tersebut. Pada topik ini, atribut pembentuk kepercayaan yang dapat digunakan adalah pembuktian langsung, pendapat ahli, dan pendapat orang lain. Strategi komunikasi pemasaran ini akan diterapkan melalui kegiatan Above The Line (ATL) dan Below The Line (BTL). Pada pelaksanaannya, dalam melakukan edukasi, strategi komunikasi pemasaran ini akan lebih bergantung pada kegiatan BTL, sedangkan kegiatan ATL dilakukan untuk meningkatkan awareness dan rasa ingin tahu target edukasi terhadap isu bisnis yang ada.