digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Reisye Farmayeni
PUBLIC yana mulyana

Kementerian Kesehatan. RI mengemukakan bahwa terjadi penurunan persentase ibu menyusui eksklusif dan peningkatan persentase ibu menyusui parsial. Makanan pendamping ASI berupa susu formula menjadi pilihan utama oleh masyarakat Indonesia sebagai pelengkap gizi pada bayi. Salah satu kandungan susu formula adalah asam dokosaheksaenoat (DHA). DHA merupakan asam lemak tidak jenuh esensial yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan jaringan serebral pada otak bayi. Susu formula yang beredar di perdagangan Indonesia berupa susu bubuk yang penyiapan susu tersebut agar bisa dikonsumsi oleh bayi membutuhkan air hangat untuk mendispersikannya. Penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi metode penentuan kadar DHA dalam berbagai perlakuan suhu penyiapan susu formula siap konsumsi, serta menentukan pengaruh suhu tersebut terhadap kandungan DHA di dalamnya sehingga dapat ditentukan suhu optimum dalam penyiapan susu formula siap konsumsi dilihat dari kandungan DHA-nya. Tahapan penyiapan sampel diawali dengan proses ekstraksi, esterifikasi hingga pengukuran kadar DHA menggunakan kromatografi gas dengan sistem r- elusi terprogram yaitu suhu awal 150°C ditahan 0,5 menit, dinaikkan hingga 248°C dengan kecepatan aliran 9°C/mertit, kolom kapiler OV-1 (25 m x 0,53 mm), gas nitrogen, FID dengan suhu 280°C, dan suhu injektor 250°C. Kadar DHA terukur pada perlakuan sampel suhu 30°C yaitu 0,391 + 0,007 mg/g sampel, suhu 60°C yaitu 0,400 ± 0,023 mg/g sampel, dan suhu 90°C yaitu 0,401 ± 0,017 mg/g sampel. Berbagai perlakuan suhu dalam penyiapan susu formula siap konsumsi tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kandungan DHA di dalamnya sehingga kondisi optimum penyiapan susu berada pada rentang suhu perlakuan tersebut. Terdapat kedekatan kadar DHA berbagai perlakuan suhu penyiapan susu formula siap konsumsi terhadap kadar DHA yang tertera pada label kemasan sampel yaitu 94,52% b/b.