digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK B Pranandityo Bagus Suprapto
PUBLIC Dwi Ary Fuziastuti

Pentingnya pengukuran Heart Rate sebagai tanda vital yang merefleksikan tingkat kebugaran dan kesehatan seseorang telah dipelajari dan dibuktikan sejak lama beserta hubungannya dengan tingkat aktivitas yang dilakukan, seperti dalam olahraga. Alat untuk memantau Heart Rate secara berkelanjutan telah dikembangkan, seperti Elektrokardiogram (EKG) yang menjadi standar emas. Sayangnya, kekurangan alat ini dalam kepraktisan penggunaan membuatnya tidak cocok untuk penggunaan dalam kehidupan sehari-hari seperti olahraga bagi kaum awam. Photoplethysmograph (disingkat PPG) adalah alat lainnya yang sering digunakan untuk mengukur kecepatan detak jantung dengan konsep optika penyerapan cahaya. Meskipun alat ini memiliki keunggulan dalam penggunaan praktis dalam dan biaya yang relatif terjangkau karena kesederhanaan desainnya, alat ini sangat rentan terhadap artifak gerak saat aktivitas sehari-hari seperti olahraga, di saat pengukuran kecepatan detak jantung berkelanjutan menjadi sangat bermanfaat. Oleh karena itu, berbagai usaha dilakukan oleh para ahli kesehatan dan insinyur untuk memperkecil pengaruh dari artifak gerak ini, khususnya melalui pengolahan sinyal dengan algoritma yang didesain menggunakan berbagai metode, seperti filter adaptif, deteksi dan penjejakan puncak secara seksama, analisis spektrum, dan sebagainya. Pentingnya pengukuran Heart Rate sebagai tanda vital yang merefleksikan tingkat kebugaran dan kesehatan seseorang telah dipelajari dan dibuktikan sejak lama beserta hubungannya dengan tingkat aktivitas yang dilakukan, seperti dalam olahraga. Alat untuk memantau Heart Rate secara berkelanjutan telah dikembangkan, seperti Elektrokardiogram (EKG) yang menjadi standar emas. Sayangnya, kekurangan alat ini dalam kepraktisan penggunaan membuatnya tidak cocok untuk penggunaan dalam kehidupan sehari-hari seperti olahraga bagi kaum awam. Photoplethysmograph (disingkat PPG) adalah alat lainnya yang sering digunakan untuk mengukur kecepatan detak jantung dengan konsep optika penyerapan cahaya. Meskipun alat ini memiliki keunggulan dalam penggunaan praktis dalam dan biaya yang relatif terjangkau karena kesederhanaan desainnya, alat ini sangat rentan terhadap artifak gerak saat aktivitas sehari-hari seperti olahraga, di saat pengukuran kecepatan detak jantung berkelanjutan menjadi sangat bermanfaat. Oleh karena itu, berbagai usaha dilakukan oleh para ahli kesehatan dan insinyur untuk memperkecil pengaruh dari artifak gerak ini, khususnya melalui pengolahan sinyal dengan algoritma yang didesain menggunakan berbagai metode, seperti filter adaptif, deteksi dan penjejakan puncak secara seksama, analisis spektrum, dan sebagainya.tersebut menyiratkan pentingnya penelitian lebih lanjut dengan sampel etnis lain untuk validasi, dan agar desain algoritma selanjutnya memperhatikan aspek kepraktisan lainnya seperti jumlah parameter pengaturan.