digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Devito Pradipta
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Devito Pradipta
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Devito Pradipta
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Devito Pradipta
PUBLIC Alice Diniarti



BAB 3C Devito Pradipta
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3C Devito Pradipta
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3D Devito Pradipta
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3E Devito Pradipta
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4A Devito Pradipta
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4B Devito Pradipta
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4C Devito Pradipta
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Devito Pradipta
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 6 Devito Pradipta
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Devito Pradipta
PUBLIC Alice Diniarti

Lapangan Panas Bumi Ngada Selatan terletak pada tatanan tektonik busur magmatik aktif sehingga berpotensi membentuk sistem panas bumi bertipe vulkanik. Studi terdahulu meyakini Lapangan Panas Bumi Ngada Selatan terdiri dari satu sistem panas bumi, tetapi terdapat klaster manifestasi yang tersebar di morfologi vulkanik yang berbeda-beda. Hal tersebut menimbulkan dugaan adanya sistem panas bumi yang berbeda di setiap klaster manifestasi dan morfologi vulkanik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah, tipe, dan karakteristik sistem panas bumi, identifikasi karakteristik rekahan alami, menyusun model konseptual, serta delineasi batas sistem panas bumi. Penelitian ini dilakukan dengan integrasi studi geologi dan karakterisasi rekahan pada daerah penelitian. Analisis geomorfologi dan pengamatan citra DEMNAS menunjukkan Klaster Manifestasi Nage berasosiasi dengan Kaldera Nage dan Kawah Wolo Piu, Klaster Keli-Bena berasosiasi dengan Kawah Bena, dan Klaster Wolo Puti berasosiasi dengan kerucut sinder. Perbedaan asosiasi klaster manifestasi terhadap morfologi vulkanik dibuktikan dengan pengamatan vulkanostratigrafi, yang menunjukkan perbedaan asosiasi setiap klaster manifestasi dengan satuan vulkanostratigrafi. Geokimia fluida manifestasi menunjukkan tipe air vulkanik pada Klaster Nage, sedangkan tipe air vulkanik dan air kondensat ditemukan pada Klaster Keli-Bena dengan proses pencampuran dengan fluida meteorik dan fluida magmatik. Zonasi alterasi hidrotermal menunjukkan indikasi adanya tiga sumber fluida hidrotermal yang berasal dari sumber panas yang berbeda. Pola hidrologi ketiga klaster manifestasi menunjukkan perbedaan pola aliran air tanah lokal sehingga terdapat tatanan hidrologi yang berbeda di masing-masing klaster. Seluruh analisis yang telah dilakukan tersebut membuktikan keberadaan tiga sistem panas bumi, yaitu Sistem Nage, Sistem Keli-Bena, dan Sistem Wolo Puti. Analisis struktur geologi dan karakterisasi rekahan alami pada setiap sistem panas bumi membuktikan perbedaan tatanan struktur dan karakteristik rekahan masing-masing sistem. Analisis struktur geologi menunjukkan Sistem Nage berada di sesar PDZ, sedangkan Sistem Keli-Bena berada di sesar antitetik, dan Sistem Wolo Puti berada di struktur ekstensional. Karakteristik rekahan Sistem Nage menunjukkan intensitas, densitas, dimensi fraktal, serta estimasi porositas-permeabilitas yang lebih besar dibandingkan Sistem Keli-Bena. Model konseptual Lapangan Panas Bumi Ngada Selatan menunjukkan peranan sesar F3 sebagai pembatas antara Sistem Nage dan Sistem Keli-Bena. Batas ketiga sistem didelineasi berdasarkan aspek vulkanostratigrafi, struktur geologi, dan alterasi hidrotermal yang tervalidasi oleh data resistivitas dari survei magnetotellurik. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa daerah penelitian terdiri dari tiga sistem yang berbeda dengan tatanan struktur geologi dan karakteristik rekahan yang berbeda-beda. Batas sistem panas bumi yang teridentifikasi dapat didelineasi berdasarkan vulkanostratigrafi, struktur geologi, dan alterasi hidrotermal. Keberadaan tiga sistem panas bumi pada daerah penelitian tervalidasi oleh data resistivitas dari survei magnetotellurik.