Salah satu industri besar di Indonesia yang memiliki kecenderungan untuk tumbuh dari
tahun ke tahun adalah industri otomotif, khususnya mobil. Walaupun dengan adanya
pandemi Covid-19, dengan adanya diskon PPnBM dari pemerintah, penjualan mobil dapat
pulih dan naik kembali. Industri pendukung yang tidak kalah besarnya adalah industri
penjualan suku cadang (service parts). PT Toyota Astra Motor (TAM) sebagai salah satu
pemain terbesar di industri ini melalui Service Parts Logistic Division (SPLD) mengelola
distribusi service parts untuk mobil Toyota di seluruh Indonesia.
SPLD saat ini memiliki masalah yakni nilai Allocation Fill Rate (AFR) yang tidak
maksimal. AFR merupakan tingkat pemenuhan permintaan pelanggan dalam bentuk lines.
Nilai AFR berdasarkan data bulan Januari 2020 adalah 96,41%, sedangkan targetnya
adalah 100%. Terdapat 3,59% GAP AFR yang menjadi masalah. Setelah didekomposisi,
diketahui bahwa loss lines yang terjadi pada service parts kategori PCC A – pemasok lokal
dan PCC C – pemasok impor menyumbang dampak paling signifikan. Melalui analisis akar
masalah, diketahui bahwa penyebabnya adalah SPLD tidak memperhatikan biaya
inventori, peramalan hanya menggunakan satu metode (MAD/DAD), perhitungan safety
stock tidak konsisten serta perhitungan safety stock dan periode pemesanan ulang
berdasarkan expert judgement. Berdasarkan kondisi tersebut, dibuat rencana penelitian
untuk mengembangkan skema peramalan usulan dan kebijakan inventori untuk
memaksimalkan nilai AFR dengan tetap meminimasi ongkos inventori total.
Skema peramalan usulan akan terdiri dari uji statistik Augmented Dickey-Fuller, skema
train-test split, dan tambahan metode peramalan ARMA, Holt’s, dan Winters’ disamping
metode MAD dan DAD. Kebijakan inventori yang diusulkan adalah model P hasil
penyesuaian dan model Q hasil penyesuaian. Terdapat tiga penyesuaian yang dilakukan
terhadap kedua kebijakan inventori. Pertama adalah menggabungkan ongkos beli dan pesan
menjadi ongkos pengadaan dengan adanya landed cost. Kedua dengan menggabungkan
kondisi backorder dan lost sales dengan adanya konstanta ?. Ketiga menggunakan metode
Hadley-Within hasil modifikasi untuk mencari solusi lokal optimal. Modifikasi yang
dilakukan adalah mendahulukan iterasi untuk mencari solusi dengan nilai kekurangan
inventori (N) paling kecil terlebih dahulu sehingga AFR dapat maksimal.
Penelitian ini menghasilkan solusi untuk permasalahn di SPLD sebagai berikut: skema
peramalan usulan akan menggantikan peramalan existing dan model P hasil penyesuaian
akan digunakan untuk menghitung kebijakan inventori baik untuk service parts kategori
PCC A – Lokal dan PCC C – Impor. Solusi ini menghasilkan nilai AFR dan ongkos
inventori total untuk service parts kategori PCC A – Lokal sebesar 98,3% dan Rp
13.099.691.234,00. Untuk service parts kategori PCC C – Impor menghasilkan nilai
AFR dan ongkos inventori total sebesar 95,44% dan Rp 78.898.679.851,00. Ongkos
inventori untuk solusi ini dapat diturunkan dengan mengubah nilai batas bawah T saat
proses pencarian solusi lokal optimal.
Dari hasil penelitian ini didapatkan juga bahwa solusi ini tidak sensitif terhadap perubahan
parameter lead time, ongkos simpan/unit/periode, ongkos backorder, dan ongkos lost sales.