digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nebiba Abdul
PUBLIC Dewi Supryati

Salah satu industri besar di Indonesia yang memiliki kecenderungan untuk tumbuh dari tahun ke tahun adalah industri otomotif, khususnya mobil. Walaupun dengan adanya pandemi Covid-19, dengan adanya diskon PPnBM dari pemerintah, penjualan mobil dapat pulih dan naik kembali. Industri pendukung yang tidak kalah besarnya adalah industri penjualan suku cadang (service parts). PT Toyota Astra Motor (TAM) sebagai salah satu pemain terbesar di industri ini melalui Service Parts Logistic Division (SPLD) mengelola distribusi service parts untuk mobil Toyota di seluruh Indonesia. SPLD saat ini memiliki masalah yakni nilai Allocation Fill Rate (AFR) yang tidak maksimal. AFR merupakan tingkat pemenuhan permintaan pelanggan dalam bentuk lines. Nilai AFR berdasarkan data bulan Januari 2020 adalah 96,41%, sedangkan targetnya adalah 100%. Terdapat 3,59% GAP AFR yang menjadi masalah. Setelah didekomposisi, diketahui bahwa loss lines yang terjadi pada service parts kategori PCC A – pemasok lokal dan PCC C – pemasok impor menyumbang dampak paling signifikan. Melalui analisis akar masalah, diketahui bahwa penyebabnya adalah SPLD tidak memperhatikan biaya inventori, peramalan hanya menggunakan satu metode (MAD/DAD), perhitungan safety stock tidak konsisten serta perhitungan safety stock dan periode pemesanan ulang berdasarkan expert judgement. Berdasarkan kondisi tersebut, dibuat rencana penelitian untuk mengembangkan skema peramalan usulan dan kebijakan inventori untuk memaksimalkan nilai AFR dengan tetap meminimasi ongkos inventori total. Skema peramalan usulan akan terdiri dari uji statistik Augmented Dickey-Fuller, skema train-test split, dan tambahan metode peramalan ARMA, Holt’s, dan Winters’ disamping metode MAD dan DAD. Kebijakan inventori yang diusulkan adalah model P hasil penyesuaian dan model Q hasil penyesuaian. Terdapat tiga penyesuaian yang dilakukan terhadap kedua kebijakan inventori. Pertama adalah menggabungkan ongkos beli dan pesan menjadi ongkos pengadaan dengan adanya landed cost. Kedua dengan menggabungkan kondisi backorder dan lost sales dengan adanya konstanta ?. Ketiga menggunakan metode Hadley-Within hasil modifikasi untuk mencari solusi lokal optimal. Modifikasi yang dilakukan adalah mendahulukan iterasi untuk mencari solusi dengan nilai kekurangan inventori (N) paling kecil terlebih dahulu sehingga AFR dapat maksimal. Penelitian ini menghasilkan solusi untuk permasalahn di SPLD sebagai berikut: skema peramalan usulan akan menggantikan peramalan existing dan model P hasil penyesuaian akan digunakan untuk menghitung kebijakan inventori baik untuk service parts kategori PCC A – Lokal dan PCC C – Impor. Solusi ini menghasilkan nilai AFR dan ongkos inventori total untuk service parts kategori PCC A – Lokal sebesar 98,3% dan Rp 13.099.691.234,00. Untuk service parts kategori PCC C – Impor menghasilkan nilai AFR dan ongkos inventori total sebesar 95,44% dan Rp 78.898.679.851,00. Ongkos inventori untuk solusi ini dapat diturunkan dengan mengubah nilai batas bawah T saat proses pencarian solusi lokal optimal. Dari hasil penelitian ini didapatkan juga bahwa solusi ini tidak sensitif terhadap perubahan parameter lead time, ongkos simpan/unit/periode, ongkos backorder, dan ongkos lost sales.