digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Reza Julian Darma
PUBLIC yana mulyana

Pembentukan pigmentasi sangat kompleks, penyebabnya adalah peradangan, paparan sinar matahari dan banyak proses lainnya. Melanosit dan enzim tirosinase berperan dalam menghasilkan dopa dan melanin kemudian dilepaskan bersama dengan sel-sel stratum korneum, mengakibatkan gangguan seperti bintik-bintik, penuaan, melasma, dan keratosis surya. Hal ini menjadi alasan bagi kosmetik untuk menghasilkan produk pencerah kulit untuk pasar global. Namun banyaknya produk pencerah kulit yang menimbulkan efek samping. Untuk itu, dilakukan penelitian tentang agen anti hiperpigmentasi yang memiliki efektivitas serta efek samping yang jauh lebih ringan. Dalam penelitian ini, digunakan ekstrak etanol 96%, dan fraksi deklorofilisasi daun keladi tikus (Thyphonium flagelliforme) serta inhibitor melanogenik (arbutin dan kojic acid) sebagai pembanding. Pengujian pendahuluan berupa DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dan fenolik total, untuk uji in vitro dilakukan uji berbasis enzim dari inhibitor enzim tirosinase dan uji in vivo dilakukan pada embrio zebrafish sebagai model hewan hiperpigmentasi, selanjutnya dilakukan juga uji terhadap kadar melanin pada kulit marmot (Cavia porcellus) dengan ekstrak FD deklorofilasi yang telah dibuat sediaan krim 1% dan 2%. Hasil uji pendahulan menunjukkan kadar fenolik total tertinggi pada fraksi deklorofilisasi sebesar 61,62 mg GAE/100 g, untuk DPPH didapatkan IC50 terbaik pada ekstrak etanol 96% sebesar 46,62 µg/mL. Hasil uji in vitro enzim tyrosinase menunjukkan nilai IC50 terbaik pada ekstrak etanol 96% sebesar 344,1 µg/mL. Hasil uji in vivo pada embrio zebrafish didapatkan luas bercak area hitam pada ekstrak etanol 96% dosis 200 ppm sebesar 0,1627 mm2 sedangkan untuk kadar melanin pada kulit marmot menunjukkan penuruanan sebesar 24,43% pada krim fraksi deklorofilasi 2%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa esktrak daun keladi tikus mempunyai aktivitas sebagai agen anti hiperpigmentasi.