ABSTRAK Christophorus Ivan Sitanggang
PUBLIC Alice Diniarti
COVER Christophorus Ivan Sitanggang
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Christophorus Ivan Sitanggang
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Christophorus Ivan Sitanggang
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Christophorus Ivan Sitanggang
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Christophorus Ivan Sitanggang
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Christophorus Ivan Sitanggang
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Christophorus Ivan Sitanggang
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Pembangkit listrik tenaga uap pembakaran batu bara (PLTU) merupakan sarana untuk
memenuhi hampir setengah dari kebutuhan listrik di Indonesia. Batu bara merupakan sumber
energi yang tidak ramah lingkungan dan tidak terbarukan. Pembakaran kombinasi batu bara
dengan biomassa limbah pada PLTU merupakan alternatif untuk mengurangi penggunaan
batu bara serta menjadi opsi transisi penggunaan sumber energi tak-terbarukan ke sumber
energi terbarukan.
Dalam pembakaran kombinasi, batu bara disimpan bersama dengan biomassa pada
lapangan bahan bakar (coal Q), sehingga kapasitas lapangan bahan bakar perlu diperhatikan.
Penelitian ini memperkirakan kapasitas lapangan bahan bakar dari PLTU yang tersebar di
Indonesia serta rasio pembakaran kombinasi yang mungkin untuk diterapkan dengan
kapasitas lapangan bahan bakar selama 14 hari operasi (HOP). Pembakaran kombinasi
dilakukan menggunakan biomassa tandan kosong kelapa sawit, sekam padi, dan kulit kayu.
Penelitian ini juga menentukan daerah dengan kebutuhan biomassa yang paling tinggi.
Dari 58 lapangan bahan bakar, terdapat 13 lapangan dengan kapasitas 14 hari atau
kurang, 14 lapangan dengan kapasitas 15-21 hari, 19 lapangan dengan kapasitas lebih dari 21
hari, dan 12 lapangan yang tidak diketahui kapasitasnya. Lapangan bahan bakar yang dapat
menerapkan pembakaran kombinasi sebagian besar terletak di Pulau Sumatera, dan daerah
dengan kebutuhan biomassa paling tinggi adalah Provinsi Jawa Tengah. Hasil dari
perhitungan kapasitas lapangan bahan bakar dan rasio pembakaran kombinasi telah dipetakan
menggunakan perangkat lunak Sistem Informasi Geografik (GIS).