Pengelolaan Pelabuhan Terminal Feri Internasional Batam Center sangat penting di
Batam, mengingat Batam merupakan kota yang terletak di kawasan strategis dan
memiliki posisi geografis yang istimewa karena berbatasan dengan negara tetangga
yang merupakan pintu gerbang lintas batas antara Indonesia, Singapura, Malaysia, dan
Vietnam. Selama wabah Covid-19, jumlah penumpang tahun 2020 mengalami
penurunan yang signifikan sebesar 38,78% dari tahun 2019.
Namun, perjanjian kerjasama operasi antara Batam Indonesia Free Zone Authority
(BIFZA) dan PT Synergy Tharada (PTST) akan berakhir pada tahun 2024. Untuk itu
diperlukan keputusan apakah akan dilanjutkan sebagaimana adanya atau akan dikelola
oleh BIFZA.
Penelitian ini akan mengevaluasi, menganalisis dan menilai kerjasama operasi dengan
PT Synergy Tharada untuk mengoptimalkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)
di BIFZA dengan menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF). Pengumpulan
data untuk kinerja keuangan perusahaan adalah data sekunder dari tahun 2014 sampai
tahun 2020.
Hasil Net Present Value (NPV) dari Terminal Value di tahun 2030 dengan analisis
sensitivitas menunjukkan nilai Best Scenario sebesar IDR 411.612.997.947, Most
Likely Scenario sebesar 303.189.553.145, dan Worse Scenario sebesar
188.397.262.740 yang mencerminkan nilai bisnis PTST dalam mengelola Pelabuhan
Terminal Feri Internasional Batam Center. Dari hasil tersebut diatas direkomendasikan
kepada BIFZA untuk mengambil alih pengelolaan Terminal Feri Internasional Batam
Center setelah operasi gabungan berakhir pada tahun 2024 untuk mengoptimalkan
PNBP di BIFZA.
Penelitian ini bermanfaat untuk pemerintah maupun praktisi. Penulis juga
merekomendasikan kepada BP Batam untuk meningkatkan fasilitas pelayanan kepada
penumpang yang menggunakan jasa Pelabuhan Terminal Feri Internasional Batam
Center untuk menarik penumpang yang akan berdampak pada peningkatan
pendapatan.