digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan mengevaluasi kompetensi pengetahuan dari pekerja pihak ketiga di PT ABC jika mereka telah memenuhi ekspektasi untuk memenuhi standar keselamatan dalam bekerja, dan memutuskan rencana pengembangan kompetensi yang sesuai untuk mendukung pekerjaan sehari-hari mereka. Industri minyak dan gas menjadi industri yang paling berbahaya, sehingga penting untuk memperhatikan masalah keselamatan kerja. Sebagian besar kecelakaan terjadi di daerah berisiko tinggi dengan paparan gas, cairan, tekanan tinggi, dan suhu yang mudah terbakar karena kompetensi pekerja teknis yang tidak memadai (AlQadhi, 2021) Sejak 2016, PT ABC telah bertransformasi untuk fokus pada peningkatan efisiensi operasi untuk menjaga keberlanjutan akibat penurunan harga minyak. Terjadi pengurangan karyawan sekitar 20% pada daerah Utara dan terus bertambah karena pegawai pensiun. Strategi yang dipilih adalah mengganti operator ke outsourcing, disebut Plant Checker. Pembelajaran dari fasilitas Heavy Oil yang mengganti sumber daya manusia menjadi pekerja pihak ketiga, telah terjadi penurunan produksi dan beberapa kali terjadi kecelakaan kecil. Evaluasi awal menunjukkan loss of production di wilayah Utara meningkat karena keterlambatan respon saat terjadi perubahan operasi dan ketika ada peralatan yang rusak. Manajemen PT ABC mengharapkan adanya rencana untuk mencegah kemungkinan kondisi yang lebih berbahaya melalui evaluasi kompetensi tenaga kerja pihak ketiga dan memilih metode pengembangan kompetensi yang sesuai untuk mendukung pekerjaan. Tinjauan Pustaka adalah alat yang digunakan untuk membuat model kompetensi dengan membandingkan elemen dari OEMS, SKKNI, dan standar keselamatan industry seperti NEBOSH, dan ICHemE, sehingga terpilih 8 Elemen Kompetensi Operasi untuk diterjemahkan ke dalam deskripsi perilaku mengacu pada karakteristik kompetensi Pengetahuan – Keterampilan – Sikap. Panduan Pekerjaan Selamat, Management Perubahan, Kehandalan dan Efisiensi, Identifikasi Bahaya, dan Management Keadaan Darurat diidentifikasi sebagai elemen yang membutuhkan perbaikan. Adapun strategi pengembangan terpilih untuk mempersempit kesenjangan yang ada dibagi menjadi strategi jangka pendek, yaitu leadership engagement, sesi sharing, pelatihan, walkthrough, recognition & award and mempersiapkan strategi jangka panjang yaitu evalusi kinerja sebagai solusi untuk peningkatan kompetensi.