Rimpang temulawak mengandung berbagai senyawa kimia diantaranya adalah kurkumin
yang stabilitasnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kestabilan kurkumin melalui uji stabilitas dipercepat. Serbuk simplisia
temulawak dimaserasi menggunakan pelarut etanol 96 % selama 4 hari dengan
penggantian pelarut setiap 24 jam. Ekstrak etanol temulawak yang diperoleh dipekatkan
dengan rotary vaporator. Sementara itu, serbuk simplisia jati belanda diekstraksi melalui
pembuatan infusum. Ekstrak jati belanda yang didapat dikeringkan dengan freeze dryer.
Ekstrak temulawak dan ekstrak jati belanda ini dicampurkan dengan perbandingan 1 : 1.
Kedalam campuran ekstrak ini ditambahkan Avicel dengan perbandingan 1 : 1 dan aerosil
sebanyak 2 %. Campuran serbuk ini digranulasi basah dengan penambahan pasta amilum
sebagai larutan pengikat. Granul yang diperoleh dimasukkan ke dalam cangkang kapsul
berukuran 00. Kapsul dimasukkan ke dalam climatic chamber untuk uji stabilitas
dipercepat pada suhu 40
o
C ± 2
o
C dan kelembaban 75 % ± 5 % dengan frekuensi
pengujian yakni pada : 0 hari; 2 minggu; 1 bulan; 1,5 bulan; 2 bulan. Uji stabilitas kapsul
meliputi penampilan fisik kapsul, kadar lembab, waktu hancur, disolusi dan kadar
kurkumin dalam kapsul. Kurkumin mengalami penguraian 21 % pada waktu pengujian 2
bulan. Ekstrak temulawak merupakan senyawa yang higroskopis karena mengalami
peningkatan kadar lembab sebanyak 9,76% dari kadar lembab awal pada waktu pengujian
2 bulan. Hasil uji stabilitas dipercepat menunjukkan bahwa kurkumin tidak stabil.