Bambu hitam (G. atroviolacea) dan bambu haur (B, tuldoides) merupakan jenis
bambu endemik lndonesia dan memiliki potensi sangat besar untuk
dikembangkan. Kualitas bambu memengaruhi produk yang dihasilkan, hal itu
dapat diawali dengan pemilihan metode pembibitan. Secara teknis, salah satu
metode perbanyakan yang akan menghasilkan bibit yang seragam dalam jumlah
yang banyak yaitu dengan kultur jaringan. Kendala pada kultur jaringan adalah
adanya kontaminan. Salah satu cara untuk mengendalikannya adalah dengan
teknik sterilisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh
waktu perendaman HgCl2 dan penambahan bahan sterilan terhadap teknik
sterilisasi G. atroviolacea, dan B.tuldoides, menentukan perbandingan rata-rata
persentase hidup antara G. atroviolacea, dan B.tuldoides, dan menentukan
perlakuan yang tepat untuk menekan kontaminasi bakteri, jamur serta
pencoklatan pada teknik sterilisasi G. atroviolacea, dan B.tuldoides. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2
faktor, yaitu waktu perendaman HgCl2 (10 dan 12 menit), dan penambahan
bahan sterilan (Sodium hipoklorit (NaClO) 20%, Streptomycin 0.1%, Povidone
iodine 10%). Hasil menunjukkan bahwa: 1) tidak ada pengaruh waktu
perendaman HgCl2 terhadap kontaminasi bakteri, kontaminasi jamur dan
pencoklatan. Sedangkan bahan sterilan berpengaruh terhadap kontaminasi
bakteri dan kontaminasi jamur namun tidak berpengaruh terhadap pencoklatan;
2) G. atroviolaceae memiliki persentase hidup tertinggi sebesar 58% sedangkan
B. tuldoides mati di minggu ke-4; 3) Perlakuan HgCl2 + povidone iodine
merupakan kombinasi bahan sterilan yang tepat pada G. atroviolacea dengan
menghasilkan persentase kontaminasi bakteri terendah sebesar 2.08% dan
kontaminasi jamur terendah sebesar 25%. Penggunaan HgCl2 merupakan bahan
sterilan yang tepat untuk menekan kontaminasi bakteri terendah pada B.
tuldoides sebesar 19.79% dan HgCl2 +povidone iodine untuk menekan
kontaminasi jamur terendah sebesar 25%.