Diabetes melitus (DM) adalah salah satu penyakit tidak menular yang disebabkan oleh gangguan
metabolisme karbohidrat dan ditandai dengan hiperglikemia kronis. Obat herbal tradisional banyak
digunakan di berbagai negara dalam mengatasi penyakit kronis dan tidak menular seperti DM.
Tanaman katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) sudah banyak digunakan oleh masyarakat
Indonesia sebagai peningkat laktasi. Di India, katuk dikenal sebagai agen antidiabetes. Belum
banyak penelitian terkait daun katuk dalam menurunkan kadar gula darah. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek hipoglikemik ekstrak daun katuk menggunakan uji
toleransi glukosa, serta mengumpulkan data terkini ekstrak tanaman yang berpotensi sebagai
antidiabetes. Pada uji toleransi glukosa, mencit dipuasakan dan diukur kadar glukosa awal (t0).
Kelompok uji diberikan sediaan ekstrak daun katuk dosis 100, 200 dan 400 mg/kg bb. Kelompok
pembanding diberikan glibenklamid 2,5 mg/kg bb. Setelah 30 menit pemberian sediaan uji atau
pembanding, mencit diberikan glukosa 3 g/kg bb. Kadar glukosa darah diukur setiap 30 menit
sampai menit ke-180 setelah pemberian glukosa. Data dianalisis secara statistik menggunakan
aplikasi SPSS. Kadar glukosa darah mencit pada kelompok ekstrak daun dosis 100, 200, dan 400
mg/kg bb tidak berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol positif. Ekstrak daun katuk pada
dosis 100, 200, dan 400 tidak dapat mencegah peningkatan kadar glukosa darah. Dari studi literatur
tentang ekstrak tanaman yang mempunyai efek farmakologi, diperoleh 27 jurnal yang kemudian
dianalisis lebih lanjut. Genus Thymus adalah genus dengan spesies tanaman terbanyak dalam famili
Lamiaceae yang menunjukkan adanya efek antidiabetes. Metanol adalah pelarut yang paling
banyak digunakan dalam proses ekstraksi tanaman dengan efek antidiabetes.