Salah satu konsekuensi kondisi pandemik COVID-19 adalah peningkatan prevalensi gangguan depresi.
Salah satu metode penanganan gangguan depresi adalah terapi farmakologi, seperti penggunaan obat
golongan Selictive Serotonin Reuptake Inhibitor. Namun demikian sejalan dengan adanya reaksi obat
yang merugikan, sebagian masyarakat mulai beralih ke bahan alam, salah satunya adalah buah pare.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan aktivitas dan dosis efektif dari buah pare sebagai
kandidat obat antidepresi berdasarkan pengamatan depression-like behavior melalui pengujian aktivitas
lokomotorik dan pengukuran konsentrasi neurotransmiter otak. Mencit ddY jantan dikelompokkan ke
dalam kelompok pembawa (Carboxymethylcellulose 1%), pembanding (Fluoksetin HCl), kelompok
Momordica charantia dosis rendah (dosis 50 mg/kg), sedang (100 mg/kg), dan tinggi (dosis 200 mg/kg)
yang diberikan sediaan uji selama 14 hari. Aktivitas lokomotorik (total distances traveled, time in center
dan corners, rearing, serta grooming) diamati dengan metode Open Field Test (OFT) pada hari ke-7 dan
ke-14. Pada hari ke-14, dilakukan pengukuran kadar neurotransmiter pada bagian hipokampus dan
prefrontal cortex menggunakan metode ELISA. Pengamatan efek buah pare menunjukkan
kecenderungan adanya penurunan depressive-like behavior yang disertai dengan peningkatan kadar
neurotransmiter dan penurunan kadar kortisol. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa menunjukkan bahwa buah pare (Momordica charantia L.) memiliki aktivitas antidepresi,
dengan kemungkinan dosis efektif berada pada rentang 50 –100 mg/kg.