digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Madeline Swajaya
PUBLIC yana mulyana

COVER Madeline Swajaya
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Madeline Swajaya
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Madeline Swajaya
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Madeline Swajaya
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Madeline Swajaya
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Madeline Swajaya
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Pandemi COVID-19 disebabkan oleh infeksi coronavirus jenis baru, yaitu SARS-CoV-2. Virus ini dapat menginfeksi melalui interaksinya dengan reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2). Reseptor ACE2 merupakan salah satu komponen penting dalam sistem renin angiotensin aldosteron (RAAS), sehingga eksploitasi reseptor oleh virus SARS-CoV-2 dapat menyebabkan disregulasi pada sistem RAAS. Dalam upaya penanggulangannya, telah diterapkan berbagai regimen pengobatan untuk mengatasi pandemi ini. Salah satunya adalah penggunaan obat yang menginhibisi sistem renin angiotensin aldosteron, yaitu golongan angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEi) dan angiotensin receptor blocker (ARB). Obat golongan ACEi bekerja dengan cara menginhibisi enzim ACE, sedangkan ARB menginhibisi reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1R). Obat ini seringkali diberikan kepada individu dengan komorbiditas kardiovaskular yang memiliki resiko mortalitas yang lebih tinggi akibat infeksi COVID-19. Dalam penggunaannya, seringkali didapatkan respon klinis yang beragam. Hal ini mungkin diakibatkan karena adanya polimorfisme genetik pada gen target pengobatan. Kajian pustaka dilakukan dengan mengevaluasi penggunaan dan keamanan dari obat golongan ACEi atau ARB. Selain itu, juga dilakukan penilaian genetik dari gen ACE dan AT1R yang berinteraksi secara langsung dengan obat golongan ACEi dan ARB. Hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan obat golongan ACEI/ARB memberikan keluaran klinis yang lebih baik dan tidak mempengaruhi kerentanan terhadap resiko positif infeksi COVID-19. Diskontinuasi obat mungkin dapat menyebabkan peningkatan resiko mortalitas pada pasien dengan komorbid. Keberadaan polimorfisme genetik juga menyebabkan adanya interaksi obat dengan gen yang dapat mempengaruhi efikasi dan keamanan dari obat.