digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Pandu Kristian P S
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Pandu Kristian P S
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Pandu Kristian P S
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Pandu Kristian P S
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Pandu Kristian P S
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Pandu Kristian P S
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Pandu Kristian P S
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Pandu Kristian P S
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Pandu Kristian P S
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Pandu Kristian P S
PUBLIC Irwan Sofiyan

Pemerintah menargetkan bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025 dan sebesar 31% pada tahun 2050. Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) menyebutkan tenaga surya merupakan salah satu sumber energi terbarukan potensial di Indonesia, mencapai 207.898 MW. Akan tetapi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) bukanlah hal yang mudah khususnya terkait dengan lahan. Salah satu solusinya adalah dengan meletakkan panel surya di atas badan air atau disebut PLTS Terapung. Pada Tugas Akhir ini, dilakukan perancangan PLTS Terapung 1 MWp di Waduk Jatigede, Jawa Barat secara khusus untuk sistem mooring-nya. PLTS Terapung 1 MWp terdiri atas 10 struktur terapung terpisah yang masing-masing memiliki kapasitas sekitar 100 kWp. Layout 1 strukur memiliki panjang 36.54 m dan lebar 35.44 m yang terdiri dari 761 floater berukuran 1260 mm × 400 mm × 215 mm dan 336 solar module berkapasitas 300 Wp. Ada tiga konfigurasi mooring yang dirancang dan dianalisis. Pada konfigurasi mooring pertama, mooring dipasang langsung dari struktur menuju jangkar. Pada konfigurasi mooring kedua, beberapa mooring yang terhubung dengan struktur disatukan pada satu titik dan dihubungkan dengan tali mooring lain menuju jangkar. Konfigurasi ketiga adalah konfigurasi kedua yang dipasangkan buoy. Analisis dinamik dilakukan menggunakan perangkat lunak desain dan analisis struktur terapung Orcaflex. Berdasarkan hasil pemodelan, didapatkan bahwa ketiga konfigurasi memenuhi kriteria desain untuk maximum tension dan gerak roll. Ketiga konfigurasi tersebut juga memenuhi kriteria desain untuk offset maksimum ketika perairan memiliki kedalaman 20 meter namun kriteria offset tidak terpenuhi ketika kedalaman perairan berkurang menjadi 18 meter.