Inovasi produk berbasis kayu merupakan suatu sarana untuk memperkenalkan suatu
inovasi produk kayu yang murah serta ringan namun dapat digunakan seperti produk
kayu lainnya. Penggunaa serat kelapa yang merupakan limbah pertanian sebagai bahan
alternatif pengganti vinir dimungkinkan bisa dilakukan dalam menghemat pemakaian
kayu. Sementara itu, penggunaan kayu rakyat seperti kayu sengon juga merupakan
upaya dalam menggantikan kayu hutan alam yang selama ini digunakan dalam
pembuatan kayu lapis. Penggabungan antara vinir kayu sengon dengan serat kelapa
akan dibentuk menjadi produk kayu lapis hibrid (KLH). Namun, produk kayu lapis ini
memiliki kelemahan diantaranya mudah terbakar. Oleh karena itu, pengembangan
dalam produk KLH ini perlu dilakukan upaya perbaikan kelemahan tersebut yaitu
dengan memberikan bahan retardasi api (fire retardant). Penelitian ini bertujuan untuk
menciptakan produk kayu lapis yang memiliki kemampuan menghambat laju
pembakaran sehingga dapat digunakan sebagai pelapis dinding ruangan (wall siding)
atau sebagai partisi. Penelitian ini dilankukan pada pemakaian bahan retardasi api
(AF21a) yang memiliki zat aktif ammonium phospat dengan konsentrasi 10%, 20%, dan
30% yang kemudian dilaburkan pada vinir dan perendaman serat kelapa selama 5
menit. Setelah vinir dilabur dan serat direndam dalam bahan retardasi api, kemudian
kedua bahan disusun secara bergantian antara vinir dan serat kelapa. Susunan tersebut
selanjutnya direkat dengan menggunakan phenol formaldehida (PF) dengan berat labur
300 g/m2. Selanjutnya, susunan dikempa menggunakan kempa dingin (cold press) pada
suhu ruang selama 10 menit, dan kempa panas (hot press) pada suhu 150°C, dan
tekanan 20N/mm2 selama 10 menit sehingga menjadi KLH lima lapis. Pengujian
dilakukan terhadap sifat bakar vertikal dan horizontal dengan menggunakan standar
pengujian UL 94 -2001. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian zat retardasi
api konsentrasi 30% pada serat menghasilkan hasil terbaik dalam menghambat laju api
arah horizontal, namun pada laju api arah vertikal perlakuan pemberian zat retardasi
api konsentrasi 20% yang direndamkan pada serat menghasilkan penghambatan api
yang baik. Hasil lain menunjukan bahwa pemberian retardasi api pada serat kelapa
dengan cara rendaman menunjukan daya hambat api yang paling tinggi dibandingkan
dengan pemberian pada vinir dengan cara dilabur.